PERJALANAN
KE CHINA (BEIJING DAN SHANGHAY)
Oleh
: Putri Suryandari
Dalam bidang pendidikan, filosofi yang
sangat terkenal untuk terus menggapai ilmu adalah, “
Kejarlah ilmu walau sampai ke negeri China”. Kata itu terngiang dengan kuat di
telingaku, ketika menapakkan kembali kaki ini ke bumi pertiwi, setelah
perjalanan 5 hari ke Beijing dan Shanghay yang merupakan dua kota terkenal di
China. Bagi aku ini adalah pilihan perjalanan yang sangat tepat, sebagai tenaga pendidik dan pengajar yang berkewajiban
memberi ilmu dan pengetahuan ke pada para mahasiswa.
Perjalanan ini di mulai, ketika kami para
Kajur/Prodi di lingkungan S1 dan D3 di Universitas Budi Luhur, sejumlah 9 orang pada awal bulan Pebruari 2012
di berikan mandat untuk melakukan perjalanan ke negeri Tirai bambu, untuk menambah serta memperluas
wawasan kami.
Beijing Capital International Airport |
Jadwal perjalanan
hari pertama adalah, sarapan pagi di restoran tradisional China, mengunjungi
lapangan Tianemen, Forbidden city, serta Lamma Temple, setelah makan siang kita
menuju Rumah Obat khas China kemudian Gedung Opera di Beijing, makan malam dan
barulah check in Hotel. Sudah terbayang bagaimana lelahnya, karena di pesawat
kita hanya tidur 5 jam.
Lapangan Tianamen |
Apartement |
Rumah horizontal di Beijing sangat mahal harganya, di karenakan harga tanah yang tinggi. Bangunan tradisional hanya di jumpai di tempat-tempat bersejarah dan tempat rekreasi yang kita kunjungi. Bangunan tersebut memang di lestarikan dan di pelihara oleh pemerintah.
Di depan Forbidden City |
Setelah Tianamen,
kita memasuki The Forbidden City, salah satu istana termegah di CIna bahkan di
dunia. Warna merah dan keemasan mewarnai istana megah tersebut. Struktur
bangunannya dahulu terbuat dari kayu yang sangat kokoh, namun sekarang telah di
perbaiki dengan menggunakan struktur beton yang tidak kalah kokohnya.
(Figure3). Kota ini di kelilingi oleh Imperial
garden yang luas dan sangat estetis serta asri. (Figure 4).
Berkeliling di dua objek wisata ini, pilihan
sepatu yang salah sangat mempengaruhi kenyamanan perjalanan….hehehe. Akhirnya
dengan sangat terpaksa, di perjalanan ke hotel saya harus membeli sepatu musim
dingin yang hangat dan empuk, untuk lebih nyamannya perjalanan esok hari.
Summer Palace |
Hari ke dua, The
Great Wall, Summer Palace dan Stadion Olimpiade Beijing adalah tujuan
perjalanan kita.
Summer Palace atau
Istana Musim Panas adalah tempat yang di sediakan oleh kaisar untuk musim
panas. Seluruh bangunan menyatu secara serasi yang merefleksikan hubungan yang
harmonis antara manusia dan alam sekitarnya. Tiga perempat dari Summer Palace
adalah air diantaranya danau Kuhming. Danau ini merupakan buatan manusia.
Bangunan dan taman tertata dengan indah ditepi danau sehingga menenangkan dan
menyenangkan mata bila dipandang. Tapi karena kita datang di musim dingin, maka
tidak terlihat nyata keindahannya, di sebabkan air danaunya yang membeku.(Figure
5)
Sungai yang membeku |
Sampai ke Great Wall
adalah impian kita para turis. Karena situs ini merupakan satu dari tujuh ke
ajaibain dunia. Sampai ke China tidak ke Great Wall berarti belum ke China,
begitu kata teman-teman. Selain
mengagumi kemegahannya, kebetulan sekali salju turun saat kita sampai kesana.
Jadi lengkaplah sudah suasana winter yang kita dapat di china. Dingin sampai
minus 2° dan menjumpai salju, Alhamdulillah.(Figure
6)
Dua gedung terakhir
yang sangat ingin saya kunjungi adalah Stadion olympiade The Birds Nest dan
Water Cube di Beijing. Stadion ini sangat terkenal dengan keunikan
arsitekturnya. Jalinan kepingan baja membuat stadion itu tampak unik mirip
sarang burung. The Birds Nest ini dirancang oleh perusahaan tersohor dari Swiss,
Herzog de Meuron, dan arsitek Cina, Li Xinggang. Desain itu mengalahkan 13 desain
lain yang masuk dalam kompetisi berskala dunia yang dilaksanakan
pada tahun 2003.(Figure 7). Water Cube adalah gelanggang olah raga renang yang
di rancang seperti gelombang air, sangat menakjubkan. (Figure 8). Sayangnya,
pada saat pengambilan gambar kemarin, cuaca sangat burut, turun hujan sehingga
berkabut. Bangunan jadi tidak terlihat dengan jelas.
Hari terakhir di
Beijing kita di kenalkan lagi dengan ramuan kuno dan obat-obatan khas China.
Pijat sempat kita rasakan di rumah obat tersebut, lumayan melegakan.
Tapi ada peristiwa yang tidak mengenakan di Hotel Park Plaza di Beijing. Pada saat kami chek out, salah satu rekan kami di tuduh merusakkan kabel internet yang ada di kamar dan mereka di kenakan denda 500 yuan. Padahal sekalipun mereka tidak menyentuh kabel tersebut, karena tidak ada yang menggenakan laptop di kamar itu. Namun pihak hotel tetap kekeuh meminta ganti rugi dan akhirnya kitapun dengan terpaksa membayar denda 300 yuan dan barang kita minta. Kerusakan sebenarnya sangat tidak berarti dan biasanya kita di kampus masih bisa menggunakannya walaupun dengan cacat seperti itu. Sepertinya pihak teknisi disana mencoba bermain nakal pada kami. Jadi pesan saya, hati2 bila menginap di Hotel Park Plaza Beijing, periksa dulu isi kamar dan komplain dulu bila ada alat yang rusak, agar kita tidak menjadi korban permainan teknisi hotel.
Tapi ada peristiwa yang tidak mengenakan di Hotel Park Plaza di Beijing. Pada saat kami chek out, salah satu rekan kami di tuduh merusakkan kabel internet yang ada di kamar dan mereka di kenakan denda 500 yuan. Padahal sekalipun mereka tidak menyentuh kabel tersebut, karena tidak ada yang menggenakan laptop di kamar itu. Namun pihak hotel tetap kekeuh meminta ganti rugi dan akhirnya kitapun dengan terpaksa membayar denda 300 yuan dan barang kita minta. Kerusakan sebenarnya sangat tidak berarti dan biasanya kita di kampus masih bisa menggunakannya walaupun dengan cacat seperti itu. Sepertinya pihak teknisi disana mencoba bermain nakal pada kami. Jadi pesan saya, hati2 bila menginap di Hotel Park Plaza Beijing, periksa dulu isi kamar dan komplain dulu bila ada alat yang rusak, agar kita tidak menjadi korban permainan teknisi hotel.
Hari ke tiga dan
empat kita berkunjung ke kota Shanghay, kota bisnis di China dengan keindahan teknologi
arsitektur modernnya. Pada pusat kota
Shanghay terdapat dua view yang sangat menawan, yaitu pemandangan kota tua dan
kota lama yang di batasi oleh sungai. Inilah pelajaran yang sangat menarik,
pemerintah Shanghay tetap mempertahankan kota tua, serta menampilkan kota baru
saling berhadapan. (Figure 9 & 10)
New Shanghay |
Yang menarik di kota
baru Shanghay adalah Oriental Pearl TV Tower. Oriental Pearl TV Tower merupakan
salah satu bangunan tertinggi di Shanghai. Bangunan ini terletak di daerah
Pudong atau New Shanghai. Model nya lucu banget, kayak di film-film sci
fiction, ada bulet-buletnya gitu. Dari bangunan yang fungsi awalnya adalah
menara untuk antena TV dan radio tersebut, kita bisa melihat kota Shanghai dari
atas. (Figure 11).
New Shanghay dr lt 263 |
Sky Walk |
Akhirnya perjalan
kami pada hari Sabtu, 3 Maret 2012 berakhir di pusat belanja Shanghay.
Satu lagi kesan saya selama 4 hari di China adalah masalah Toilet. Toilet di Beijing khususnya sangat modern, mereka menggunakan flus automatis yang ramah lingkungan. Artinya mereka sangat mengatur penggunaan air di Toilet.
Tapi Beijing lebih jorok dari Shanghay, walaupun Toiletnya modern tapi penggunanya sangat jorok, sehingga di restoran mahalpun, pengguna toiletnya juga jorok. Di Beijing lebih banyak menggunakan Toilet jongkok, sementara di Shanghay sudah lebih banyak menggunakan toilet duduk.
Terimakasih kami ucapkan pada bapak Kasih Hanggoro selaku ketua BPH
yayasan yang telah memberikan kesempatan untuk menambah wawasan kami sampai ke
negeri China, terimakasih juga pada jajaran managemen di Rektorat Univ. Budi
Luhur yang telah memfasilitasi perjalanan kami. Kami dari Forum Kajur/Prodi S1 dan D3 akan
terus membina komunikasi demi perkembangan prodi kami masing-masing, fakultas
khususnya dan Universitas pada umumnya. Demi tujuan bersama kita akreditasi A
lima tahun mendatang. Amin.
Satu lagi kesan saya selama 4 hari di China adalah masalah Toilet. Toilet di Beijing khususnya sangat modern, mereka menggunakan flus automatis yang ramah lingkungan. Artinya mereka sangat mengatur penggunaan air di Toilet.
Tapi Beijing lebih jorok dari Shanghay, walaupun Toiletnya modern tapi penggunanya sangat jorok, sehingga di restoran mahalpun, pengguna toiletnya juga jorok. Di Beijing lebih banyak menggunakan Toilet jongkok, sementara di Shanghay sudah lebih banyak menggunakan toilet duduk.
Pusat belanja Shanghay |
Jakarta, 9 Maret 2012
Blog yang menarik tentang Beijing, membawa kenangan tentang Forbidden City dengan rancangan dan tata ruangnya yang mengikuti prinsip keteraturan kosmis yang idea dalam ideologi Konghucu mempetimbangkan bangunan ini sebagai tempat untuk upacara, ritus agama dan ruang hidup.
BalasHapusSaya mencoba menulis blog tentang Forbidden City, semoga anda suka: http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/10/beijing-di-forbidden-city.html