Jumat, 27 April 2012

PUBLIC LECTURE “GREEN HOUSING”,


PUBLIC LECTURE “GREEN HOUSING”, Kamis 26 April 2012
Program Studi Arsitektur- Fakultas Teknik-  Universitas Budi Luhur

Dosen Tamu : Prof. Robert Vales and Prof. Brenda Vales,
dari Victoria University of Wellington, New Zealand
Moderator : Putri Suryandari

     Pada hari Kamis, 26 April 2012 , adalah kebanggan bagi Prodi Arsitektur - Universitas Budi Luhur karena kedatangan dosen tamu Profesor Robert Vale dan Profesor Brenda Vale dari Universitas Victoria –Wellington, New Zealand, Australia.

     Profesor Brenda Vale dan Robert Vale adalah arsitek, penulis, peneliti pelopor, dan ahli dalam bidang sustainable housing. Kedua professor ini juga adalah suami istri dan sangat kompak  dalam menyampaikan paparan perkuliahan selama dua jam kamis lalu. Sambil berdiri, mereka memberikan materi bergantian dengan simpatik. Baru kali ini kami menyaksikan penyampaian materi dari dua orang pembicara secara bersamaan.


 
Pada prinsipnya, kedua professor ini berusaha memecahkan solusi mengenai masalah global warming yang terjadi di seluruh dunia, kebutuhan energy yang meningkat tajam dan menyebabkan kerusakan lingkungan. Hal tersebut menurut mereka paling banyak disebabkan oleh aktivitas bangunan, serta di ikuti oleh aktivitas transportasi. Asupan energy yang tergantung dari sumber yang tidak bisa di perbaharui, menyebabkan semakin tidak sesuainya antara demand dan supply yang ada.
Dalam paparannya mereka menjelaskan untuk go Green adalah dengan cara  membangun "Gedung Otonom" (1975), solusi perumahan yang menggunakan energi secara mandiri, sebuah rumah yang ramah lingkungan, relatif mudah dalam perawatan, dan memiliki penampilan tradisional. "Gedung Otonom Baru" (1993) adalah  desain dan pembangunan rumah yang hangat dan didukung oleh matahari, menghasilkan air minum dari air hujan, kompos limbah, dan konsisten dengan konteks historisnya. Rumah ini benar-benar off-grid kecuali untuk saluran telepon dan koneksi untuk pasokan listrik. Bangunan ini telah mereka bangun di tahun 1993.
          


Mereka mensyaratkan untuk membuat bangunan rumah tinggal yang berkelanjutan dan ramah lingungan atau Green housing  yang di perlukan adalah, perubahan gaya hidup untuk kembali ke alam, memanfaatkan energy non-renewable (seperti : energy surya) sebagai energy mandiri dan merubah pola makan yang selalu menggoreng dengan merebus.  Awalnya memang sulit bagi mereka merubah otoritas yang di miliki pemerintah dan gaya hidup masyarakat Australia,  namun sekarang Otoritas lokal perumahan sudah  merencanakan, sebagai bagian dari kebijakan resmi, untuk seratus rumah otonom yang akan dibangun di daerah tersebut pada akhir abad ini. 
Sebagai moderator, kaprodi Arsitektur Putri Suryandari, membantu mengarahkan public lecure menjadi lebih mudah di mengerti oleh audience yang sebagian besar lebih mampu menerima materi dengan bahasa Indonesia.

Bersaman dengan kegiatan kami ini,  Prof Robert dan Brenda Vale juga menjadi Key note speaker di Universitas Kristen Indonesia (UKI), pada kegiatan seminar Call for Paper dengan tema : Sustainable Housing. Karena UKI adalah salah satu mitra kita yang bekerja sama dalam Forum Arsitektur Hijau 6 PTS, maka UKI mengajak kami untuk sharing dalam mendatangkan kedua professor yang terkenal ini. Inilah salah satu keuntungan dari kerjasama kami.

Kamis, 08 Maret 2012

Perjalanan ke China (Beijing dan Shanghay)





PERJALANAN KE CHINA (BEIJING DAN SHANGHAY)
Oleh : Putri Suryandari

Dalam bidang pendidikan, filosofi yang sangat terkenal untuk terus menggapai ilmu adalah,        “ Kejarlah ilmu walau sampai ke negeri China”. Kata itu terngiang dengan kuat di telingaku, ketika menapakkan kembali kaki ini ke bumi pertiwi, setelah perjalanan 5 hari ke Beijing dan Shanghay yang merupakan dua kota terkenal di China. Bagi aku ini adalah pilihan perjalanan yang sangat tepat, sebagai  tenaga pendidik dan pengajar yang berkewajiban memberi ilmu dan pengetahuan ke pada para mahasiswa.

Perjalanan ini di mulai, ketika kami para Kajur/Prodi di lingkungan S1 dan D3 di Universitas Budi Luhur, sejumlah 9 orang pada awal bulan Pebruari 2012 di berikan mandat untuk melakukan perjalanan ke negeri  Tirai bambu, untuk menambah serta memperluas wawasan kami.

Beijing Capital International Airport
Kami mendarat di Beijing Capital International Airport terminal 2 (Figure 1), pada hari Rabu, 29 Pebruari 2012. Terminal yang menjadi salah satu terminal terbesar di Beijing. Suhu di luar pada waktu itu adalah 6°C. Tour guide kita menganjurkan untuk menggunakan baju paling tebal yang kita punya. Berhubung kita tidak tau bagaimana dinginnya, ya kita turuti saja kemauannya. Ternyata begitu keluar dari bandara, baju woll paling tebal yang saya punya, masih tembus oleh hawa dingin di luar yang waktu saat itu menunjukkan pukul 8 pagi.

Jadwal perjalanan hari pertama adalah, sarapan pagi di restoran tradisional China, mengunjungi lapangan Tianemen, Forbidden city, serta Lamma Temple, setelah makan siang kita menuju Rumah Obat khas China kemudian Gedung Opera di Beijing, makan malam dan barulah check in Hotel. Sudah terbayang bagaimana lelahnya, karena di pesawat kita hanya tidur 5 jam.

Lapangan Tianamen
Dari perjalanan hari pertama di Beijing, pelajaran yang dapat di petik adalah tata kota dan tata bangunan membertahankan tanah-tanah yang luas sebagai ruang-ruang terbuka bagi kota. Walaupun penduduk di Beijing padat, tapi bangunan-bangunan tidak di paksakan sepadat penduduknya. Lapangan Tianamen yang memiliki sejarah berdarah di tahun 1989 memiliki luas 440.000m2 merupakan lapangan terluas di dunia. Bertahan sebagai ruang terbuka yang menjadi cagar budaya. (Figure 2)  

Apartement
Selama perjalanan menuju tempat rekreasi, nampak sekali di Beijing sudah tidak banyak bangunan tradisional China. Hampir semua gedung sudah merupakan bangunan tinggi, baik perumahan maupun perkantoran. Menurut Tour Guide Miss Yulie, sudah sejak 50 tahun yang lalu perumahan di China di buat secara Vertikal atau berbentuk Apartemen. Sekarang orang-orang yang menggunakan rumah horizontal di China hanyalah pemerintah dan orang-orang kaya. 
Rumah horizontal di Beijing sangat mahal harganya, di karenakan harga tanah yang tinggi. Bangunan tradisional hanya di jumpai di tempat-tempat bersejarah dan tempat rekreasi yang kita kunjungi. Bangunan tersebut memang di lestarikan dan di pelihara oleh pemerintah.

Di depan Forbidden City

Setelah Tianamen, kita memasuki The Forbidden City, salah satu istana termegah di CIna bahkan di dunia. Warna merah dan keemasan mewarnai istana megah tersebut. Struktur bangunannya dahulu terbuat dari kayu yang sangat kokoh, namun sekarang telah di perbaiki dengan menggunakan struktur beton yang tidak kalah kokohnya. (Figure3).  Kota ini di kelilingi oleh Imperial garden yang luas dan sangat estetis serta asri. (Figure 4).
Imperial Garden
Berkeliling di dua objek wisata ini, pilihan sepatu yang salah sangat mempengaruhi kenyamanan perjalanan….hehehe. Akhirnya dengan sangat terpaksa, di perjalanan ke hotel saya harus membeli sepatu musim dingin yang hangat dan empuk, untuk lebih nyamannya perjalanan esok hari.

Summer Palace
Hari ke dua, The Great Wall, Summer Palace dan Stadion Olimpiade Beijing adalah tujuan perjalanan kita.
Summer Palace atau Istana Musim Panas adalah tempat yang di sediakan oleh kaisar untuk musim panas. Seluruh bangunan menyatu secara serasi yang merefleksikan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam sekitarnya. Tiga perempat dari Summer Palace adalah air diantaranya danau Kuhming. Danau ini merupakan buatan manusia. Bangunan dan taman tertata dengan indah ditepi danau sehingga menenangkan dan menyenangkan mata bila dipandang. Tapi karena kita datang di musim dingin, maka tidak terlihat nyata keindahannya, di sebabkan air danaunya yang membeku.(Figure 5)
Sungai yang membeku
Sampai ke Great Wall adalah impian kita para turis. Karena situs ini merupakan satu dari tujuh ke ajaibain dunia. Sampai ke China tidak ke Great Wall berarti belum ke China, begitu kata teman-teman.  Selain mengagumi kemegahannya, kebetulan sekali salju turun saat kita sampai kesana. Jadi lengkaplah sudah suasana winter yang kita dapat di china. Dingin sampai minus 2° dan menjumpai salju, Alhamdulillah.(Figure 6)
The Great Wall
Dua gedung terakhir yang sangat ingin saya kunjungi adalah Stadion olympiade The Birds Nest dan Water Cube di Beijing. Stadion ini sangat terkenal dengan keunikan arsitekturnya. Jalinan kepingan baja membuat stadion itu tampak unik mirip sarang burung. The Birds Nest ini dirancang oleh perusahaan tersohor dari Swiss, Herzog de Meuron, dan arsitek Cina, Li Xinggang. Desain itu mengalahkan 13 desain lain yang masuk dalam kompetisi berskala dunia yang dilaksanakan pada tahun 2003.(Figure 7). Water Cube adalah gelanggang olah raga renang yang di rancang seperti gelombang air, sangat menakjubkan. (Figure 8). Sayangnya, pada saat pengambilan gambar kemarin, cuaca sangat burut, turun hujan sehingga berkabut. Bangunan jadi tidak terlihat dengan jelas.
The Birds Nest
Hari terakhir di Beijing kita di kenalkan lagi dengan ramuan kuno dan obat-obatan khas China. Pijat sempat kita rasakan di rumah obat tersebut, lumayan melegakan. 

Tapi ada peristiwa yang tidak mengenakan di Hotel Park Plaza di Beijing. Pada saat kami chek out, salah satu rekan kami di tuduh merusakkan kabel internet yang ada di kamar dan mereka di kenakan denda 500 yuan. Padahal sekalipun mereka tidak menyentuh kabel tersebut, karena tidak ada yang menggenakan laptop di kamar itu. Namun pihak hotel tetap kekeuh meminta ganti rugi dan  akhirnya kitapun dengan terpaksa membayar denda 300 yuan dan barang kita minta. Kerusakan sebenarnya sangat tidak berarti dan biasanya kita di kampus masih bisa menggunakannya walaupun dengan cacat seperti itu. Sepertinya pihak teknisi disana mencoba bermain nakal pada kami. Jadi pesan saya, hati2 bila menginap di Hotel Park Plaza Beijing, periksa dulu isi kamar dan komplain dulu bila ada alat yang rusak, agar kita tidak menjadi korban permainan teknisi hotel.

Hari ke tiga dan empat kita berkunjung ke kota Shanghay, kota bisnis di China dengan keindahan teknologi arsitektur modernnya.  Pada pusat kota Shanghay terdapat dua view yang sangat menawan, yaitu pemandangan kota tua dan kota lama yang di batasi oleh sungai. Inilah pelajaran yang sangat menarik, pemerintah Shanghay tetap mempertahankan kota tua, serta menampilkan kota baru saling berhadapan. (Figure 9 & 10)

New Shanghay
Yang menarik di kota baru Shanghay adalah Oriental Pearl TV Tower. Oriental Pearl TV Tower merupakan salah satu bangunan tertinggi di Shanghai. Bangunan ini terletak di daerah Pudong atau New Shanghai. Model nya lucu banget, kayak di film-film sci fiction, ada bulet-buletnya gitu. Dari bangunan yang fungsi awalnya adalah menara untuk antena TV dan radio tersebut, kita bisa melihat kota Shanghai dari atas. (Figure 11).
New Shanghay dr lt 263
Sky walk yang di bangun di lantai 263 merupakan objek yang menarik. Menariknya adalah teknologi modern ternyata dapat menjadi objek wisata, kaca yang menjadi lantai di selasar luar lt 263 selain merupakan tempat berpijak juga dapat di gunakan untuk melihat gedung2 di bawahnya.(Figure 12)
Sky Walk
Akhirnya perjalan kami pada hari Sabtu, 3 Maret 2012 berakhir di pusat belanja Shanghay. 

Satu lagi kesan saya selama 4 hari di China adalah masalah Toilet. Toilet di Beijing khususnya sangat modern, mereka menggunakan flus automatis yang ramah lingkungan. Artinya mereka sangat mengatur penggunaan air di Toilet. 

Tapi Beijing lebih jorok dari Shanghay, walaupun Toiletnya modern tapi penggunanya sangat jorok, sehingga di restoran mahalpun, pengguna toiletnya juga jorok. Di Beijing lebih banyak menggunakan Toilet jongkok, sementara di Shanghay sudah lebih banyak menggunakan toilet duduk.
Pusat belanja Shanghay
Terimakasih kami ucapkan pada bapak Kasih Hanggoro selaku ketua BPH yayasan yang telah memberikan kesempatan untuk menambah wawasan kami sampai ke negeri China, terimakasih juga pada jajaran managemen di Rektorat Univ. Budi Luhur yang telah memfasilitasi perjalanan kami.  Kami dari Forum Kajur/Prodi S1 dan D3 akan terus membina komunikasi demi perkembangan prodi kami masing-masing, fakultas khususnya dan Universitas pada umumnya. Demi tujuan bersama kita akreditasi A lima tahun mendatang. Amin.

Jakarta, 9 Maret  2012