Minggu, 29 Mei 2011

JEJAK NAFAS LEADER DALAM ARSITEKTUR


Para leader, dalam suatu perbincangan santai di sebuah café, tercetuslah diskusi hangat mengenai, apakah Arsitektur dapat merepresentasikan kepemimpinan. Diskusi ini sangat menarik, karena ternyata terlihat jelas jejak nafas pimpinan bangsa pada masanya dalam arsitektur yang muncul kala itu, dapat menjadi sebuah phenomena dimasa yang akan datang.

Kalau kita menilik kepada hakikat arsitektur, maka penjelasan yang muncul adalah, arsitektur hadir karena adanya kebijakan, tujuan, dan waktu. Sepanjang sejarah perkembangan dunia telah menunjukan bahwa para pemimpin Negara selalu meninggalkan jejak kepemimpinannya dalam wujud  arsitektur. Wujud ini bisa berbentuk bangunan atau monument, atau apapun yang secara implicit berusaha menunjukkan wibawa, kekuasaan ataupun tekanan pada seluruh elemen bangsa pada masanya.

Bicara mengenai pemimpin, para leader tentu tau bahwa elemen dasar kepemimpinan  adalah, Nyali, Energi dan Komunikasi. Ketiga elemen ini dapat di visualisasikan oleh sebuah symbol, yang mendatangkan inspirasi, kekuatan, kepercayaan dan pengaruh yang luas. Samaratungga dan Pramodawhardani dari dinasti Syailendra telah meninggalkan jejak kepempinan yang religius pada bangunan Borobudur dan sempat dikenal sebagai satu dari 7 keajaiban dunia. Bentuk dan konstruksi yang digunakan pada saat itu sangat di pengaruhi oleh kepercayaan Hindu-Budha.

Energi terbesar yang di bentangkan oleh Samaratungga dan Pramodawhardani adalah, menghadirkan unsur religius dalam kepemimpinannya. Nilai religi Hindu-Budha yang mendunia, baik dunia nyata maupun maya, sedikit banyak telah membantu dia untuk mengkomunikasikan setiap kebijakan yang dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat luas. Nyalinya juga sangat besar dalam menggunakan gunung sebagai core atau inti utama dari bangunan candi Borobudur yang termashur tersebut. Gambaran pemanfaatan gunung melukiskan bahwa kekuatan kepemimpinan terbesar yang digunakan pada masanya adalah memanfaatkan dukungan kuat dari alam, di gabungkan dengan kekuatan pikiran manusia.

Contoh lain adalah, setelah kemerdekaan Indonesia,  Ir. Soekarno merefleksikan nafas kepimpinan bangsa saat itu  dalam pengembangan bentuk bentuk arsitektur modern.  Soekarno adalah seorang arsitek dan juga politisi, konsep besarnya adalah,  “ Let us prove that we can also build the country like the Europeans and Americans do because we are equal.” Soekarno.

Gelora jiwa Soekarno sebagai pemimpin bangsa yang baru merdeka sangat ingin menunjukan ke ‘aku’an negaranya. Hampir semua bangunan selalu di tambah ‘embel-embel’ terbesar, atau bertinggi di Asia atau Asia Tenggara. Contohnya Monas, pada masanya di canangkan sebagai monument tertinggi se Asia Tenggara. Masjid istiglal juga di canangkan sebagai masjid terbesar se Asia Tenggara.

Bung Karno sangat menyukai kepada yang besar, perkasa, serta bersifat monumental. Monumen Nasional jelas menunjukkan prinsip BK tersebut, menara yang relatif polos, namun tinggi menjulang di satu openspace raksasa kawasan Gambir telah menjadi landmark bagi Jakarta, sejajar dengan landmark negara lain seperti Statue of Liberty, Eiffel, Sidney Opera House dll.

Sebagai seorang pemimpin, Soekarno sangat memberikan inspirasi pada bangsanya untuk menjadi yang terbesar, terkuat dan berani. Kiblatnya untuk tidak kalah dari Eropa dan Amerika sangat menggugah nurani bangsa pada saat itu.

Komentar yang muncul untuk tipe-tipe pimpinan jenis ini adalah, ‘dia jenius’, ‘dia memang beda’. Kedua contoh di atas bisa menggambarkan kualitas ekstra pemimpin yang untouchable. Kompetensinya dalam membuat terobosan, arah dan strategi membuat mereka menjadi berbeda dan disegani oleh orang lain. Pemimpin tipe ini adalah seseorang yang berkharisma dan mengagumkan, sehingga untouchable. Komentar kagum selalu akan muncul dan tak habis-habisnya dari para bawahan atau orang lain yang tersentuh oleh pesona kepemimpinannya.

Masa Soeharto menandai pencarian jatidiri arsitektur, dalam iklim ciptaan pemimpin yang mengajak rakyatnya menghargai nilai-nilai warisan leluhur dalam bentuk tradisi. Acuan dicari dari nilai di masa lalu yang masih dipakai masyarakatnya, bukan mengambil dari dunia Barat, yang modern, tapi asing. Namun dari segi ekonomi, cara kapitalistis dunia luar itu menjadi model pembangunan. Mencari dan menciptakan kembali asal-usul tidak mampu menutupi dualisme sikap pemimpin. Penduaan sikap ini tetap mewarnai Orde Baru dan mempengaruhi cendekiawan arsitekturalnya dalam mencari arsitektur Indonesia.

Lain lagi pengalaman seorang teman dari biro disain di Hongkong, dia menceritakan bahwa sekarang ini sedang hangat-hangatnya pembangunan ‘government building’ – high rise dikawasan yang terkenal dengan sebutan Tamar di Hongkong. Sepertinya ada ’ambisi’ pemerintah disana untuk meninggalkan jejak kepemimpinannya dengan project tersebut.  Namun proses panjang yang dilakukan oleh pemerintahnya adalah dengan melombakan gagasan ini ke seluruh lapisan masyarakat Disain Arsitketur dan pemerhati disain. Tujuannya jelas, membuat hasil karya ini sepertinya menjadi milik masyarakat, tanpa pernah melupakan penggagasnya pada saat itu.

            Model kepemimpinan tipe kedua ini lebih bersifat down to earth, artinya kepemimpinan model ini lebih mampu menggiring kelompok, menentukan arah, mengembangkan tim, mengangkat semangat komitmen dan mengoptimalkan talenta yang ada dalam kelompok. Inilah yang disebut kemampuan strategik.

Para leader, esensinya Arsitektur adalah wujud dari kegiatan manusia yang membutuhkan wadah atau fasilitas dalam bentuk ruang. Setiap leader membutuhkan ruang personal ataupun ruang publik untuk mengekspresikan kegiatan yang muncul dari ide serta kreatifitasnya sebagai manusia. Arsitektur sendiri selalu berkembang dari masa kemasa sesuai dengan perkembangan daya pikir manusia dan waktu. 
Setiap manusia memiliki jiwa leader dalam dirinya. Oleh karenanya setiap manusia bisa meninggalkan jejak dirinya dalam wujud arsitektur. Bentuk paling sederhana dalam mengekspresikan ke’aku’an para leader dalam arsitektur ada dalam rumah tinggalnya. Rumah tinggal seharusnya dapat mewakili karakter dari pemilikinya, ataupun status sosialnya. Keberhasilan arsitektur dalam merepresentasikan kepemimpinan seseorang akan tercapai bila tujuan dan maksud penggunanya tercapai, sesuai situasi, kondisi, serta kebijakan yang muncul waktu itu, entah itu ekonomi ataupun efisiensi, apapun bentuknya.

Penulis : Putri Suryandari,ST,M.Ars,
Dosen Jurusan Prodi Arsitektur, Universitas Budi Luhur
phone : 08176601231

Pengaruh Ruang Kerja Terhadap Kinerja Leader




Putri Suryandari, ST,M.Ars
Dosen Arsitektur Univ. Budi Luhur Jakarta dan
Pengamat Fengshui
E-mail : putri_syd@yahoo.computriraka@yahoo.com
                            
Seorang pemimpin perusahaan besar merasa cemas akan efek kerja berlebihan pada kesehatannya. Ditemukan ternyata kantornya terletak di Timur bangunan sebuah gedung perkantoran dan dia duduk menghadap Timur Laut. Posisi ini membuat dia terlalu aktif, ambisius dan bekerja terlalu keras. Setelah kantornya dipindah ke arah Barat Laut bangunan dan duduknya menghadap Tenggara, dia menjadi lebih cermat mendelegasikan pekerjaan dan lebih santai dalam menjalankan perusahaannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia tergantung pada alam, serta  memiliki sebab akibat dengan lingkungan tempat tinggalnya atau dengan tempat dia menjalankan aktivitas hidupnya. Cerita tadi merupakan contoh kasus, bahwa energi manusia dipengaruhi tidak saja oleh faktor biologis dan psikis, tetapi juga oleh energi dari alam dan lingkungan terutama lingkungan buatan. Energi yang mempengaruhi manusia ini disebut dengan Elektromagnetik.
            Penataan Posisi ruang dan posisi duduk Anda, bila pengorganisasiannya tidak tepat akan mampu mempengaruhi kinerja Anda. Karena di dalam ruang kerja terdapat Elektromagnetik yang dapat mempengaruhi suasana hati, emosi, energi fisik dan kesehatan. Energi ini dapat saja melawan, menunjang atapun menetralisir kinerja, tergantung dari karater pribadi Anda.
             Energi Eektormagnetik (EE) terletak di 8 penjuru ruangan Anda. EE pada arah Selatan dilambangkan oleh Api, mewakili nafsu, pamor, sosialisasi serta sukses. Bila Anda berkarakter terlalu apatis kurang sosialisasi dan sulit untuk sukses, upayakan untuk berada di posisi duduk dan ruang di Selatan, karena wilayah ini bisa menetralisir dan meningkatkan kinerja. Tetapi bila Anda berkarakter sebaliknya, maka justru akan menghasilkan energi yang negatif. Contoh kecil terjadi pada seorang Kepala Laboratorium di Fakultas Ilmu Komunikasi. Dia mengeluh dengan karakternya yang semakin keras dan kaku, seakan tanpa kompromi terhadap tim maupun atasan. Kepribadian dasar yang dimilikinya adalah keras, disiplin serta sangat terbuka dalam mengemukakan pendapat dan juga aktif. Sehingga perkembangan karakternya saat itu sangat membuatnya merasa tidak nyaman dalam bekerja.  Kemudian setelah bersama-sama kita amati posisi ruangan dan arah dia duduk saat itu, ternyata dia berada pada posisi yang dipengaruhi oleh  EE Selatan yang lebih memupuk nafsu, dan pamor. Posisi yang semakin meningkatkan karakter dia, sehingga menimbulkan efek negatif. Maka akhirnya diputuskan untuk memindahkan posisi ruang dan posisi duduknya, berlawanan dengan posisinya saat itu. Yaitu menjadi di posisi EE Utara yang tenang, religius dan damai. Alhasil saat ini dia sudah lebih menyenangkan dalam tim, lebih sabar serta semakin produktif.
            EE di Utara melambangkan Air, mewakili spiritual, seks, ketenangan dan kedamaian, berlawanan dengan Selatan. Bila anda seorang yang jauh dari keteduhan jiwa, tidak tenang, dan secara spiritual rendah, berada pada posisi ini pada jam terbanyak dalam hidup anda, maka  anda akan terasa lebih stabil dan religius. Tetapi bila anda memiliki gairah seksual tinggi, sebaiknya tidak terlalu lama bekerja pada posisi ini.
            EE di Timur melambangkan Kayu, mewakili ambisi, dapet menggapai cita-cita dan aktifitas yang tinggi. Duduk di Timur dan menghadap ke Timur sangat baik untuk anda yang baru memulai karier maupun bisnis. Menunjuang awal karier dengan cepat dan pertumbuhan karier yang pesat. Namun kurang baik untuk yang sudah berada di posisi kerja yang aktif, karena akan memiliki efek kerja yang berlebihan.
            EE di Barat melambangkan Logam, mewakili kebahagian, kesenangan, kepuasaan penghasilan. Duduk di Barat sangat baik untuk anda yang merasa selalu kekurangan dan tidak puas dengan penghasilan saat ini. Duduk di Barat menghadap ke Timur akan membantu Anda menjadi lebih ambisius, aktif dan lebih bisa mewujudkan ide ke dalam kenyataan.
            Warna pada ruangan juga memiliki pengaruh yang sangat kuat pada aktifitas kerja. Produktifitas yang tinggi ataupun rendah memiliki penanganan yang berbeda dalam pemilihan warna. Untuk aktifitas kerja tinggi upayakan menggunakan warna-warna pastel dan corak yang lebih halus untuk mengurangi stress. Kalau energi dari warna2 pastel terlalu tenang, kurang menggairahkan untuk kerja produktif, gunakan warna2 yang lebih cerah dan menantang.
            EE Timur bersifat sibuk dan aktif,  bila anda menggunakan warna hijau gelap ataupun terang dengan garis vertikal di derah ini, akan sangat membantu mempertahankan suasana ini. Padukan warna biru dan atau hijau dengan cream dan warna off-white pada dinding polos ini, bila ingin membuat ruang ini lebih tenang.
            EE Tenggara bersifat halus dan lembut, warna-warna dasar dapat lebih memberi semangat pada ruang tersebut.
            EE Selatan memiliki sifat yang bersemangat tinggi dapat dipertahankan dengan ungu dalam nada sedang. Sentuhan hitam atau putih dapat memperhalus sedikit ruangan ini.
            Untuk atmosfer kerja yang lebih formal, wilayah Barat laut merupakan lingkungan yang lebih serius. Warna-warna seperti abu-abu, putih, dan marun  dengan sentuhan kuning, sert corak kotak-kotak juga cocok sangat disini.
            Atmosfer ideal untuk kantor adalah sibuk dan bersemangat, tetapi tidak menimbul kan stress. Ruang itu juga harus membantu anda gembira saat bekerja selama berjam-jam. Posisi yang ideal adalah duduk di lokasi yang paling strategis dan menyenangkan, dimana anda dapat melihat seluruh isi, ruangan, pintu maupun jendela.  Namun hindari duduk membelakangi pintu dan duduk tepat di samping pintu masuk. Karena energi elektromagnetik yang berasal dari luar ruangan, tanpa disadari akan terus menghujam, serta memotong energi elektromagnetik yang terdapat di dalam diri anda. Akibatnya secara psikologis maupun fisik anda akan terganggu.
            Barang – barang elektronik juga tanpa disadari bisa menurunkan  konsentrasi dan kelelahan. Karena barang elektronik selalu memancarkan gelombang energi yang dapat secara terus menerus mengaktifkan selalu saraf kerja anda. Maka hindari duduk berdekatan dengan barang elektronik dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang lama.
            Teman leader, bila anda memiliki permasalahan terhadap kinerja anda, dapat coba direnungkan, apakah tata ruang  telah sesuai dengan karakter anda.


             

DIBALIK AWAN HITAM SELALU ADA MATAHARI


by Putri Suryandari on Saturday, March 7, 2009 at 2:40pm

Musik mengalun lembut didalam mobil Honda Jazz metalik kesayanganku. Ku menyusuri jalan Melawai Raya yang padat, sambil sesekali melirik ke pengemudi mobil di samping kanan dan kiriku. Dua diantaranya wanita yang terlihat lelah namun tetap cantik. Hmm andai mereka masih single, mungkin bisa kuajak kencan malam ini, bisikan nakal di telingaku membuatku tersenyum sendiri.
Aku harus menjemput Prita, kekasih baruku, di kantornya. Sebenarnya kami dulu pernah pacaran, bahkan sempat hampir menikah. Fenomena facebook di internetlah yang membuat aku dan Prita bertemu lagi dan akhirnya kita pacaran lagi. Sudah dua bulan ini kita berkencan, setiap hari bertemu dan semakin hari semakin cinta. Ups Cinta? Kata yang fenomenal, tapi selalu asing buat aku.
”Hubungan kita enaknya namanya apa ya?” tanya Prita sebulan yang lalu, dua minggu paska reuni. Setelah selama seminggu penuh kita berkomunikasi intens melalui sms, telfon dan chating di internet.
”Oke Prit, ada beberapa tipe hubungan yang aku kenal. Teman saja, teman tapi mesra, open relationship, atau pacaran. Nah mau yang mana kita?”
”Kalo teman,.....hmmm, kayaknya lebih deh...he he he, gitu nggak Arjun?”
Aku hanya menyeringai mendengar Prita berusaha merejeck hubungan teman saja.
”Teman tapi mesra?....hmmm nggak ah, gak merasa memiliki kalo gitu. Kalo open relationship, itu gimana sih maksudnya Arjun?”
Aku geli melihat wajah cantiknya di tekuk menumpuk ditengah, sementara matanya berputar-putar, seolah berfikir keras.
”Open relationship itu, kita pacaran, tapi kita masih bebas berhubungan dengan orang lain. Di sini kita tidak membatasi hubungan masing-masing. Walaupun kamu pacaran sama aku, tapi kamu masih boleh berhubungan dengan yang lain. Begitu juga aku. Gitu Prit, gimana cocok dengan komitmen yang itu?”
”Aku pikir dulu ya Arjun, besok aku kabarin. Yuk sekarang makan, abis itu kita nonton...ya... ya ya?!
Tubuhnya yang padat berisi, melendot manja di lenganku. Dalam hati aku tersenyum geli, kita telah berhubungan begitu dekat, bahkan sangat dekat, nafas kita telah menyatu dalam deru detak jantung yang menggebu, namun belum kita tentukan bentuk hubungan kita. Tapi aku tidak perduli, yang penting aku dapat selalu bersamanya, dia sangat berarti, manjanya, perhatiannya dan sifat keibuannya membuat aku tak ingin lagi melepaskannya.
Malam ini, Prita akan mengatakan bentuk hubungan apa yang akan kita jalani, setelah sebulan dia menundanya.

***
Di sebuah perkantoran berlantai 20 yang berdiri dengan elegant di jalan Thamrin. Prita duduk didepan meja komputernya sambil merenung. Hatinya sangat gundah, sehingga tidak satu katapun tertulis di layar monitornya. Besok dia harus menyerahkan proposal pemekaran kantor baru yang sedang di prospeknya di Bali, ke dewan direksi. Sementara ia merasa otaknya buntu, tak dapat diajak untuk bekerja.
”Besok pagi lho, tolong kamu presentasikan rencana pemekaran kantor kita di Bali di depan dewan direksi, lengkap dengan budgetingnya!” begitu pesan pak Wijanarko tadi sebelum pulang.
”Beres pak, sudah siap semua datanya. Saya tinggal buat power pointnya!” begitu janji Prita, pada atasannya itu.
Tiba-tiba sambil mengernyitkan dahi dan dengan mimik serius, pak Wijanaroko bertanya pada Prita lagi,
”Bagaimana kabar suamimu, Prita? Kamu sepertinya tenang-tenang saja ditinggal jauh dinegeri orang. Hati-hati lo, bisa-bisa tidak pulang dia!” canda pak Wijanarko kemudian.
”Biar aja pak, mau pulang atau tidak, itu sudah tanggung jawab dia. Lumayan toh, saya juga bisa cari berondong disini, he...he...he. Salam buat bu Isye ya pak!” kata Prita membalas canda bosnya.
”Ok, jangan pulang terlalu malam. Cuaca sedang tidak bersahabat!” pesan bosnya sambil masuk ke dalam lift dan melambaikan tangan kearah Prita.
Waktu telah beranjak ke pukul 19.00 wib. Prita kembali dalam lamunananya. Sudah satu tahun mas Tedi suaminya berada di negara Jiran, untuk kuliah Doktor di sana. Rencananya, paling cepat tiga setengah tahun dia sudah bisa menyelesaikan studynya dan kembali ke tanah air.
Istimewanya Prita merasakan tidak ada sedikitpun kerinduan pada Tedi. Tidak seperti istri-istri orang lain yang resah dan gelisah bila mengingat sang suami yang bekerja di negara orang. Contoh, Lina teman sekantornya, hampir setiap hari menelfon suaminya yang bekerja di Hongkong. Sehabis menelfon, dia akan selalu berlari kekamar mandi dan menangis di sana.
Tetapi sesungguhnya, bukan itu yang membuatnya resah, yang membuatnya resah adalah sudah dua bulan ini dia berhubungan lagi dengan mantan kekasihnya, tepatnya mantan kekasih gelapnya. Pertemuan mereka betul-betul tidak disangka terjadi pada saat dia menyerjakan projek di Bali, setelah 9 tahun mereka berpisah.
Prita lalu memejamkan matanya dan mengeluh,
”Oh mas Arjun, kenapa ini harus terjadi lagi? Mengapa kamu harus muncul kembali? Apa sebenarnya yang sedang Tuhan rencanakan buat kita?” keluh Prita dalam hati.
Kali ini dia hanya dapat menyandarkan kepala di kursi kerjanya dan memandang jauh keluar jendela.
Prita tidak dapat memungkiri, bahwa setelah menikah dia merasakan hubungan yang hambar dengan suaminya. Walaupun selama 9 tahun ini, semua teman dan kerabat selalu memandang mereka sebagai pasangan ideal dan harmonis, hanya dia yang tau bahwa mereka berdua menyembunyikan kehampaan itu. Bukan karena tidak ada buah kasih diantara mereka, tapi mungkin kehampaan itu yang akhirnya membuat mereka tidak memiliki buah cinta.
”Mas Tedi subur, aku juga subur. Tapi aku selalu merasa hubungan cinta kita tidak ada gairah. Aku rasa itulah yang mencegah kita untuk memiliki anak, kita berdua seperti terjebak pada satu ikatan tanpa cinta.,”
Sesaat Prita tercekat dengan kata-kata terakhirnya sendiri,
”Cinta? Apa sebenarnya arti dari kata ini?” keluhnya di dalam hati.

Prita ingat betul, pernikahan mereka terjadi karena mereka telah berpacaran cukup lama, tujuh tahun. Tujuh tahun bukan waktu yang singkat untuk mereka saling mengenal, antar pribadi maupun keluarga dan relasi orang tua mereka. Tapi sebenarnya, satu tahun sebelum menikah, ia berkenalan dengan seorang pemuda yang sangat mempesonanya.
Prita memutar kembali pertemuannya dengan mas Arjun 10 tahun yang lalu, pada waktu kantor Prita menyelenggarakan sebuah acara di Jogja,
”Wanita selembut dan secantik kamu, sulit untuk di temui dalam keadaan belum memiliki pasangan. Pasti aku bakal patah hati kalau mengenalmu lebih lama.”
Itu kata-kata yang masih diingat Prita pada jumpa pertamanya dengan pemuda itu.
”Hati-hati mas, wajah kadang-kadang menipu. Wajah boleh lembut, kelakuan belum tentu mas. Jadi Mas Arjun jangan sampai tertipu dengan wajahku ya!” begitu godanya waktu itu.
Pemuda itu sangat bertolak belakang dengan Tedi. Kalau Tedi terkenal pintar, menarik dan agak play boy, maka pria ini sangan santun, berjiwa ke bapakan dan teduh. Prita tidak lelah dan khawatir bila berada didekatnya, karena dia bisa merasakan bahwa dia aman, dia terlindungi dan dia akan selalu di jaga olehnya. Berbeda dengan Tedi, sifatnya yang matakeranjang dan sangat ramah pada semua wanita, membuat dia lelah untuk menjaga perasaaannya dari rasa cemburu dan curiga.
Hampir saja Prita memutuskan pertunangan mereka dan menerima cinta mas Arjun, bila dia tidak segera mengetahui bahwa mas Arjun ternyata adalah kakak Tedi. Kakak Tedi dari ibu yang lain.
Selama tujuh tahun bersama Tedi, Prita tentu saja mengenal semua orang di rumah mereka. Dia juga tau bahwa ayah Tedi memiliki dua istri, ibu Tedi dan satu istri lagi tinggal di Jogjakarta. Tapi mana pernah dia di perkenalkan dengan ibu Tedi yang lain itu, karena Tedi tidak pernah mau mengenalkan mereka.
”Sepertinya tidak penting kamu mengenal mereka!” begitu Tedi dulu pernah berkata padanya.
Prita hanya tau, dengan wanita Jogja itu ayah Tedi memiliki satu anak laki-laki.
Pada waktu melakukan expanding market ke Jogja, disinilah Prita berjumpa dengan Arjun, salah seorang kliennya. Perkenalan itu kemudian dilanjutkan dengan saling mengirim e-mail dan chating di Internet. Akhirnya Prita diam-diam telah menjalin hubungan batin yang sangat dalam di belakang Tedi. Komunikasi dengan mas Arjun via media ciber itu telah makin menguatkan perasaan mereka. Prita seperti menemukan belahan jiwanya.
”Ini namanya hubungan dari hati ke hati Prita, aku kerap bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Seperti juga kamu kerap kali bisa merasakan apa yang aku rasakan. Walaupun kita tidak bersama, tapi kita selalu merasa dekat.” begitu mas Arjun suatu kali pernah mengatakan itu padanya, ketika dia tiba-tiba merasakan sesuatu berubah pada Prita, walaupun Prita tidak mengatakan bahwa kala itu dia sedang tertimpa masalah.
Pritapun tidak menampik, dia juga pernah merasa begitu, bisa merasakan bila Arjun sedang dalam kesulitan atau kesedihan.
Sayangnya hubungan itu harus berakhir karena ibu Tedi memergoki mereka di Jogja. Memang setiap bulan ibu Tedi selalu mengunjungi madunya untuk bersilaturahmi dan berbagi cerita. Waktu itu Ibu Arjun bercerita kepada ibu Tedi, bahwa Arjun sudah memiliki teman dekat yang sepertinya sudah sangat cocok.
”Arjun sepertinya nggak lama lagi mau nyusul Tedi ya Jeng?”
Prita masih ingat kata-kata ibu mertuanya waktu itu yang sempat dia dengar di sebelah ruang tamu, di rumah Arjun.
”Ya sepertinya begitu jeng. Gadis itu dari Jakarta, tapi sangat halus dan lembut. Mereka bekerja di bawah perusahaan yang sama, hanya bedanya Prita di kantor pusat Jakarta, Arjun kepala cabang disini.”
”Mereka berdua sekarang baru ada di belakang, habis dari alun-alun. Mari aku kenalkan!”
Prita memang tidak melihat kedatangan ibu Tedi, dia hanya tau melalui Arjun bahwa ada kerabatnya yang berkunjung pagi tadi.
Tentu dapat dibayangkan bagaimana terkejutnya mereka begitu keduanya saling berhadapan, Prita dan calon ibu mertuanya.
Sejak pertemuan itu, mas Arjun menghilang dan keluarga Tedi tiba-tiba memutuskan agar waktu pernikahan mereka di percepat. Ibu mertuanya berjanji tidak akan membongkar masalah itu, kalau Prita segera menentukan sikap untuk memilih menjaga nama baik keluarga mereka berdua.
Itu pulalah sebenarnya yang menjadi penyebab hubungannya tidak dapat berjalan harmonis dengan ibu mertuanya. Hal yang tidak pernah di ketahui oleh Tedi sebabnya.
Prita sekali lagi menghela nafas panjang,
”Ya Tuhanku, tolonglah beri petunjukmu. Mau kubawa kemana hubungan ini? Dan akan kukemanakan pernikahanku?”
Pandangan Prita melayang jauh keluar, dari lantai 10 kantornya terlihat diseliling Jakarta lampu-lampu bersinar dan berkelip laksana bintang, laksana ribuan lenteran yang hangat, menghangatkan malam yang dingin. Sebentar lagi Arjun akan menjemputnya, untuk memutuskan akan dibawa kemana hubungan mereka.

***
Aku menjumpai Prita dengan wajahnya yang terlihat kusut dan bingung. Aku menyadari, tentu berkaitan dengan keputusan yang akan dia ambil terhadap hubungan kita. Aku harus membuat dia lebih mudah untuk memutuskan. Aku sudah menunggunya selama 10 tahun dan aku tak ingin melepaskannya lagi.
Seperti biasa, setelah mengenakan sabuk pengaman, duduk dengan nyaman di dalam mobil, aku menyalakan lagu-lagu romantis kesukaannya. Sejurus lamanya, aku tidak mendengar Prita mengeluarkan sepatah katapun, setelah ritual cipika cipiki tadi. Sepertinya aku yang harus memulai pembicaraan.
”Sebelum kamu memutuskan, bagaimana dan mau kemana hubungan kita ini, Prita. Ijinkan aku untuk terbuka dan menceritakan apa yang terjadi denganku, setelah aku bercerai dengan Rani!”
Kalimat pembuka pembicaraan mereka yang terdengar serius, sangat tidak terduga oleh Prita. Prita terkejut, karena biasanya Arjun lebih suka bercanda, kadang sampai Prita kejang perut kalau mendengar cerita lucu dari Arjun. Tapi Prita tidak menunjukkan keterkejutannya, malah dia sedikit menggoda Arjun,
”Loh bukankah seharusnya aku yang punya acara malam ini?” goda Prita.
Arjun hanya tersenyum dan setelah mengecup keningnya, laki-laki itu kemudian bercerita,
” Selama ini, setelah empat tahun aku menduda, aku sering kali bertemu teman kencan yang awalnya berkenalan dari chating room. Ada yang single, janda, bahkan istri orang. Setiap kencan, beberapa hanya bersalaman, di lanjutkan dengan makan malam. Sebagian besar langsung cipika – cipiki, begitu ketemu. Ada juga yang langsung cium bibir segala. Bahkan tak jarang kami juga melakukan making love di mobil ini, dalam keadaan mobil berjalan. Semua hanya terjadi dalam dua atau tiga pertemuan.”
Prita tercekat dan hanya mampu menelan ludah, sambil tetap pura-pura tidak perduli. Diam-diam dia baru mulai memperhatikan suasana di mobil itu, sedan dengan interior yang berwarna putih, musik selalu mengalun lembut, bau harum apple dan kaca yang luar biasa gelap. Memungkinkan sekali bagi dua manusia lawan jenis yang baru kenal, tergoda oleh imajinasi liar di ruangan sempit ini. Seperti yang kadang kala juga mereka berdua lakukan, Prita tersipu malu sendiri.
”Aku berbeda dengan Arjun sembilan tahun yang lalu Prita. Kamu tentu sudah melihat sosok lain dalam diriku, selama dua bulan ini. Aku tau, kamu sering terkejut melihat kelakuanku, tapi inilah aku sekarang.”
Arjun memutar mobilnya dan memasuki pekarangan sebuah hotel resort. Malam itu mereka akan makan malam di tepi laut, dengan sinar lilin di meja mereka.
Tapi malam itu Prita tak mampu menikmati keindahan laut dan taburan sinar lilin di sekitarnya. Prita tidak menyangka, Arjun telah berubah jadi seorang laki-laki yang sangat gila bercinta, dari seorang laki2 yang lembut dan kebapakan.
Sebagai seorang enterntainmen, profesi itu sangat melekat dan telah merubah karakternya. Arjun telah banyak melakukan petualangan dari satu wanita ke wanita lain sejak dia menduda.
”Dengan wanita kaya dan berpangkat aku akan melayani mereka, tak pernah aku keluar duit sepeserpun, tapi dengan wanita yang sederhana aku akan tampil sebagai laki-laki yang royal. Semua kulakukan untuk mendapatkan kenikmatan bercinta.”
Arjun menceritakan semua itu dengan dingin, tak sedikitpun ada penyesalan di wajahnya.
Prita akhirnya tak sanggup lagi menahan rasa yang menyesak di dadanya. Ditatapnya nanar wajah Arjun yang tampan dan selalu tersenyum itu. Dicarinya lagi wajah tenang yang menyejukkan yang dulu pernah dia miliki, tak di temuinya lagi, hanya ada wajah simpatik dan ramah.
”Arjun, kenapa baru sekarang kamu mengatakan ini? Apa yang terjadi denganmu? Apakah kesalahanku sembilan tahun yang lalu telah merubahmu menjadi begini?” tanya Prita.
Arjun memandang aliran ombak di laut, sambil sekali lagi bibirnya tersenyum,
”Aku tidak tau Prita, namun yang pasti, aku hanya merasa selalu ada kekosongan setelah bercinta. Puluhan wanita, kubercinta dengan mereka. Semakin aku mencari semakin hampa. Setelah aku berjumpa lagi denganmu. Aku tidak ingin kehilangan lagi. Inilah muara cintaku, inilah akhir dari pencarianku, aku harus berhenti sekarang, mencari cinta yang salah. Karena aku telah menemukan sesuatu yang pernah hilang.”
Suara debur ombak dilaut, memecah keheningan malam. Angin laut menerpa tubuh dua insan yang telah di pertemukan lagi setelah perpisahan yang menyedihkan sembilan tahun yang lalu.
Arjun merengkuh tubuh cantik Prita ke pelukannya, bulan dilangit turut menjadi saksi menyatunya debur jantung mereka dan menyatunya sebentuk hati yang pernah hilang.
Prita tidak perlu lagi memberi jawaban, karena mereka berdua sudah tau jawabannya. Di balik Awan hitam selalu masih ada matahari. Di balik kelamnya hati mereka salama ini, terselip cahaya yang siap bersinar.

Maret 2009

Cerpen Wanita Misterius di Chating Room




by Putri Suryandari on Sunday, January 18, 2009 at 7:19pm

Catyani : Disain Rumah Tinggal yang terbaru bagus tu!
Elang : Sudah kunjungan ke websiteku ya?
Catyani : Aku sudah lihat. Kadang kalo rindu sudah di dada, apapun yang
menuju dirimu akan kucari, he he he
Elang : Bohong,...ah!
Catyani : Kok bohong?
Elang : Diajak ketemuan gak pernah mau aja kok, bilang rindu!
Catyani : He he he......, jangan ngambek gitu dong Lang

Penggalan instant messege di internet dari seorang wanita misterius bernama Catyani di computer Elang, selama seminggu ini telah mengisi hari-harinya menjadi lebih cerah dan bergairah.
Elang adalah direktur utama perusahaan Konsultan Arsitektur dan Manajemen Konstruksi. Dia juga seorang bapak dari 2 anak laki-laki yang sudah duduk di sekolah dasar. Karirnya sangat sukses, perusahaan yang dirintisnya sejak era krismon sepuluh tahun yang lalu, telah maju dengan pesatnya.
Hanya satu hal yang saat ini menjadi satu kekurangan baginya, Larasati istrinya sudah enam bulan terbaring lemah dirumah sakit. Kanker hati telah membuat levernya hanya berfungsi sepuluh persen saja. Setiap pulang kerja Elang selalu menyempatkan diri mengunjungi istri tercintanya itu, sesibuk apapun pekerjaannya. Tetapi, setiap kali pulang kerumah, hatinya seperti teriris sembilu, manakala telah melihat kondisi istrinya yang semakin menurun.
Cling!!
Suara khas itu membuat jantung Elang berdebar keras, seketika di pandanginya monitor komputernya.

Catyani : Mikir apa sih Lang, kok lama jawabnya?
Elang : Lagi mikir bagaimana caranya menggiring burung pipit ke luar sarang nya
Catyani : Burungnya siapa Lang?
Elang : Ya burungnya pipit, yang susah diajak ketemuan........................
Catyani : Namanya juga burung, mana bisa diajak ketemuan...........
Elang : Iya ya bisanya juga ditangkap, trus masukin kandang, ha ha ha
Catyani : Ha ha ha, udah dulu ya, aku mau nerusin kerjaan nih
Elang : Oke deh, sampe besok ya, see u.

Senyum simpul masih menghias bibir Elang, walaupun wanita misterius itu telah menutup instant messegenya.
Elang tidak memungkiri, bahwa dia sangat tertarik pada Catyani, wajah maupun fisiknya, yang terlihat di photo sangat cantik, tetepi lebih menarik lagi cara dia berbicara dan berdiplomasi, sangat menyenangkan.
Tetapi bila dia teringat Larasati, sepertinya dia jadi malu dengan perasaannya ini. Istrinya sedang perjuang melawan maut, aku kok malah mengganggu wanita lain. Begitu perang batinnya akhir-akhir ini. Tetapi satu hal yang positif adalah, sejak berkenalan dengan Catyani di chating room, setiap kali menjenguk istrinya Elang selalu membawa senyum di wajahnya. Sehingga Larasati lebih lega melihat perubahan itu.

”Pa....,” begitu panggilan sayang Larasati padanya,
”Akhir-akhir ini wajah kamu lebih cerah. Sejujurnya, aku jadi ikut bahagia!” sambil berkata senyuman lemah terpancar di wajah Larasati.
”Ah mama,......bisa aja. Papa bahagia kalo lihat mama bisa tersenyum,” jawab Elang sembari mengecup kening istrinya.
Malam tadi, istrinya kembali mengomentari perubahan yang terjadi padanya. Elang berusaha mengalihkan perhatian istrinya, bila di lihatnya piring makan istrinya masih tersisa, elang kemudian bertanya,
”Bagaimana ma, makanan hari ini sudah bisa dimakan semuakah?”, tanya Elang dengan mesra.
Semenjak masuk kerumah sakit, semakin hari lever Larasati semakin sulit menerima makanan. Awalnya Larasati masih bisa makan nasi bubur, tetapi sekarang semua makanan harus di buat sehalus mungkin, karena levernya sudah tidak mampu menyerap makanan lagi.
Larasati mengangguk lemah,
”Bisa pa, tapi kalo terlalu banyak kakiku menjadi bengkak. Jadi sekarang porsinya dikurangi.”
Elangpung tersenyum lembut dan mengusap dahi istrinya,
”Ya udah, nggak apa yang penting kamu nggak kesakitan kan?” Kata Elang.
Sementara walaupun bibirnya tersenyum, hatinya kembali teriris bila melihat tangan dan kaki istrinya semakin mengecil.
Malam itu Elang pulang dengan hati yang semakin lelah dan pedih. Dokter tadi berkata padanya, Larasati hanya punya kemungkinan hidup satu minggu lagi. Disekitar hatinya sudah tumbuh tumor-tumor kecil dan itu berarti semakin sulit lagi dia nanti untuk bisa makan.

Sesampainya dirumah, setelah semua anak-anak tidur, Elang membuka internetnya.
Di ceknya semua e-mail yang masuk, sambil dia juga membuka yahoo messenger. Tidak ada satu orangpun yang online, yah sudah jam 11.30 malam, semua orang sudah pada tidur.
Tapi tiba-tiba,
Cling!!
Suara khas itu menggugahnya dan membuatnya terkejut,
Catyani : Hai, masih kerja nih?
Elang : Hai enggak sih. Kamu kok masih on?
Catyani : Aku lagi ngerjain lemburan, jadi masih bangun.
Eh besok sibuk nggak? Ketemuan yuk!
Elang sejenak terkejut dengan pertanyaan itu, sudah satu bulan diajak bertemu selalu menolak, mengapa tiba-tiba dia setuju.
Elang : Kok tiba-tiba mau ketemuan? Ada mimpi apa semalam?
Catyani : He he he, gak mimpi, cuma mau tanya disain aja. Boleh kan?
Elang : Buat kamu apa sih yang enggak?! Ok deal besok ya, pulang kerja.
Seketika gelap yang tadi menyelimuti wajahnya sirna. Sejuta tumpukan duka, mengigat kondisi istrinya sesaat tertutupi.
”Aku tidak sedang menghianatinya, aku hanya ingin kekuatan, untuk menghadapi ini semua”
Elang mencoba tidak terlalu menyalahkan dirinya, dia takut terlalu lelah untuk menghadapi ini sendiri. Dia takut terlihat tidak tegar didepan anak2nya. Kehadiran Catyani, walau di dunia maya benar-benar telah membuatnya lebih kuat dan menambah semangat hidupnya.

Saat-saat menjelang pertemuan itu membuatnya semakin berdebar. Dari kantor Elang sudah terbang sejak pukul 4.00 sore. Janji pertemuannya dengan Catyani jam 5.30. Wah jangan sampai perjumpaan pertama terlambat.
Menurut wanita itu, kantornya tidak terlalu jauh dengan tempat kencan mereka. Paling hanya 10 menit sampai. Sedangkan buat Elang, Mall itu malah lebih dekat dengan rumahnya.
Sesampai di tempat, Elang langsung menghubungi Catyani,
”Hai, aku sudah sampai, kamu dimana?” tanya Elang dari phone cellnya
”Udah sampai ya?...........aduh gimana ya Lang, klien aku baru aja dateng. Paling enggak satu jam lagi baru bisa keluar. Gimana nih?” suara Catyani terdengar sangat salah tingkah.
”Yah gimana dong?” tanya Elang lagi
”Keberatan nggak kalo nunggu setengah jam lagi?” suara gadis itu terdengar setengah memohon.
Elang tidak ada pilihan lain, sudah terlanjur basah. Menunggu satu bulan sudah di lakukannya, setengah jam apa ruginya.
”Ya udah, dari pada menjadi kerak karena penasaran, aku tunggu deh!” akhirnya keputusan itu muncul juga.
Sambil membuang bosan dan waktu, Elang berkeliling di setiap stand yang ada di Mall tersebut. Biasanya sewaktu Larasati sehat dahulu, dia paling malas menunggu istrinya belanja, bisa lebih dari dua jam istrinya berputar-putar tanpa membeli apapun.
”Harus di bandingkan dulu Pa, biar nggak nyesal kalo kita udah beli nanti!”
Begitu alasan Larasati kalo Elang mulai protes karena tidak jelas mau membeli apa. Senyum simpul tergambar di wajah lelaki usia 40an itu, mengingat istrinya.
Tiba-tiba Elang di kejutkan oleh suara handphonenya yang meraung-raung.
” Halo !” sahutnya segera.
”Lang aku sudah di lobby mall, kamu di mana?”
Dari seberang handphonnya terdengar suara manja Catyani. Sedikit tergagap Elang segera menjawab,
”Aku ada di stand komputer, kamu tunggu disitu ya, biar aku yang ke sana!”
Elang seperti terbang meninggalkan lantai 2 menuju lobby di lantai 1. Sesampainya disana, lobby terlihat ramai, supaya tidak bingung elang mencoba menghubungi catyani dengan phonecellnya.
”Kamu ada dimana nih? aku sudah di lobby!” tanya Elang, sambil matanya berkeliaran mencari wanita yang juga mengangkat handphone.
”Aku di depan cafe samping kiri pintu masuk!” jawab wanita itu.
”Oke, jangan matikan hanphone, biar aku bisa menemukan wanita yang akan aku kencani hari ini.........., hm yup aku sudah liat kamu, coba tanganmu melambai biar aku lebih yakin!”
Elang segera mematikan phonecellnya setelah melihat gadis itu melambai.
Hm, seperti yang ada di photo, gadis itu putih semampai, cantik dan selalu tersenyum, gumam Elang dalam hati.
Begitu mereka berhadapan, Elang seperti tidak mampu menahan diri untuk tidak memeluknya, tapi tatkala melihat Catyani tersenyum lebar dan dengan khas meledeknya, semua jadi sirna.
Pertemuan mereka mengalir dengan hangat dan seperti dugaannya gadis ini sangat menyenangkan dalam diskusi dan bercanda.

Seminggu berlalu, malam itu Elang dan kedua anaknya saling berpelukan. Mika si sulung menangis di dadanya, sementara Ferdi hanya diam tanpa kata. Dokter tadi sore telah benar-benar menjatuhkan vonis, mama mereka tercinta hanya punya waktu satu minggu bersama mereka.
Ya Tuhan, kuatkan aku untuk mereka anak-anakku, gumam Elang dalam hati. Di putuskan mulai besok, dia tidak akan berangkat kerja. Harinya akan di tumpahkan untuk Larasati, sampai detik Yang Maha Kuasa menjemputnya.
”Anak-anak, mulai hari ini kita habiskan waktu kita bersama mama di rumah sakit ya?” kata Elang diantara isak tangis anak-anaknya.
” Iya pa, Mika izin ya. Tidak masuk sekolah dulu. Mika tidak ingin meninggalkan mama sendiri di rumah sakit. Tapi pa, apakah sudah nggak ada alternatif lain? Mika belum rela mama pergi, ...............!” seru Mika sambil masih berada di pelukan papanya.
Elang rasakan tenggorokannya tercekat, tak mampu berkata-kata. Yah karena keputusan Larasati untuk masuk rumah sakit, adalah karena sudah tidak ada lagi jalur alternatif yang mampu mengatasinya. Larasati sendiripun tidak terlalu percaya dengan jalur pengobatan itu.
”Mika, jangan pernah berhenti berdoa sayang. Ini hanya perkiraan medis, Allah pasti punya kehendak lain. Kalian berdua berdoalah, jangan putus berdoa dan meminta padaNya. Doa anak yang sholeh pasti di dengar Allah!” kata Elang menenangkan kedua buah hatinya.
Hari-hari mereka akhirnya di lakukan di rumah sakit. Mereka tertawa, dan bercerita di kamar VIP rumah sakit yang di tempati Larasati. Kamar itu sudah menjadi rumah kedua buat mereka.
Sampai pada hari ke empat Larasati berkata ingin mengenalkan sahabatnya yang sekaligus guru les keramik Mika, kepada suaminya.
”Pa, nanti ada teman aku yang akan berkunjung. Dia sahabat aku di Jogja dulu, sekaligus guru les keramik Mika. Sudah tiga bulan ini Mika les dengan dia, tapi papa belum pernah kenal dia kan?!” kata Larasati kemarin
Elang hanya tersenyum dan berkata,
”Siapa ma namanya? Wah papa ketinggalan jaman ya ma, gak kenal temen mama yang gurunya Mika juga”
”Namanya Yani, dia sangat berarti buat mama. Aku harap apapun yang terjadi nanti, jangan putuskan hubungan silaturahmi keluarga kita dengannya ya Pa?!” kata Larasati .
Sewaktu mengakhiri kata-katanya, Elang seperti melihat pandangan misterius dari istrinya. Tapi dia tidak mampu menebak maksudnya.
Elang hanya tersenyum dan mengangguk. Kemudian mereka berdua menghabiskan waktu dengan bercerita tentang masa lalu mereka, saat pertemuan mereka dan akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Banyak kenangan indah yang telah mereka lalui bersama.
Tepat pukul satu, pintu kamar mereka diketuk. Sepertinya Yani teman Larasati memenuhi janjinya untuk berkunjung. Elang lantas menuju pintu dan membukanya. Alangkah terkejut dia manakala melihat sosok cantik yang berdiri di depannya, wanita yang sangat dikenalnya dan tanpa terasa telah mengisi mimpinya belakangan ini. Tapi sebelum dia bertanya, istrinya telah melihat kehadiran gadis didepan pintu itu.
”Hai Yani, masuk sini!” seru istrinya dengan nada gembira.
Yani itu Catyani, Elang menggumam dalam hati, bagaimana bisa begitu? Elang hanya termangu di depan pintu, tidak bisa berkata apapun, seribu tanya ada di kepalanya.
Sementara Catyani tanpa merasa bersalah langsung masuk kedalam, menemui sahabatnya dan memeluknya, dengan tak lupa menebar senyum manisnya.
”Yani, kenalkan suami aku. Mas ini Yani sahabat aku tercinta!” sambil mengenalkan, Larasati mempertemukan tangan kedua orang yang paling dia sayangi didunia ini untuk berkenalan.
”Hai Elang?” sapa Yani sambil tersenyum.
”Hai, tidak masuk kerja ya?” tanya Elang, sambil kemudian mengutuki pertanyaannya yang tidak pada tempatnya.
”Yani ini yang empunya perusahaan, masuk atau tidak terserah dia. Ya Yan?” kata Larasati berusaha mencairkan suasana yang agak kaku.
Kemudian Yani dan Laras bercerita bagaimana mereka bersahabat dulu, hingga terus bertahan sampai sekarang. Sampai akhirnya Yani mohon pamit dan berjanji akan kembali keesokan harinya.
Seperginya Yani, Larasati meminta suaminya untuk mendekat. Mengajukan permohonan bagi kebahagiaan anak2 dan suaminya kelak.
”Pa, aku tau bahwa waktuku sudah tidak lama. Ketahuilah, pertemuan papa dan Yani di chating room, memang aku yang atur. Aku ingin papa bisa dekat dengan Yani dan kalo setelah itu kalian berdua berkembang hubungan yang lain, aku iklas. Aku minta maaf tidak bisa menemanimu dan anak-anak sampai mereka dewasa. Tapi aku berharap, Yani bisa menggantikan aku, bisa membahagiakan kalian, sehingga aku lega kembali ke pangkuanNYA.”
Kemudian Larasati bercerita tentang kenapa Yani begitu berharga baginya. Sejak dulu mereka berteman, sahabatnya itu sudah tau mengenai penyakit yang di derita Laras. Bahkan pada saat dia putus asa terhadap hidupnya, Yani selalu membantunya untuk bangkit.
Wanita itu jugalah yang merekomendasikan Elang padanya. Dahulu pada saat Elang masih bekerja di developer, Yani adalah anak dari pemilik perusahaan itu. Yani sudah menyukai Elang dari pandangan pertama, tapi dia relakan lelaki itu untuk sahabatnya. Agar Laras tetap kuat menghadapi hidup. Yani juga berpesan pada Laras, agar Elang tidak perlu mengenalnya, karena dia tidak ingin terlihat bahwa telah mencintai Elang sejak dulu.
”Jadi aku tau, bahwa dia adalah orang yang tepat buat kamu, dan anak-anak.” kata Larasati akhirnya menutup wasiat terakhirnya.
Elang sangat terkejut mendengar penuturan istrinya,
”Ma, sadarlah, tidak baik melangkahi takdir. Batas umur hanya Tuhan yang menentukan, kita tak berhak melampauinya. Tolong cabut lagi kata-katamu tadi......” kata Elang setengah memohon pada istrinya.
Tapi wanita cantik yang wajahnya semakin pucat itu hanya tersenyum. Sampai malaikat yang baik hati menjemputnya, Larasati tetap tidak mau berkompromi dengan keinginannya itu, tidak mau mencabut kembali wasiatnya.
Senja memerah, menerangi sebuah tanah pemakaman yang masih basah . Elang dan kedua anaknya berjalan berangkulan, bersama seorang wanita ’misterius’ dari chating room yang telah di siapkan oleh istri dan mama mereka, untuk menyongsong masa depan yang bahagia.

Hilangnya Konsep Bentuk Rumah Tradisional Jawa

by Putri Suryandari on Saturday, November 29, 2008 at 3:35pm

Hilangnya Konsep Bentuk Rumah Tradisional Jawa di sebelah Barat kota Surakarta

Buah tangan dari perjalanan ke Solo untuk merayakan hari Raya Idul Fitri tahun 2008 ini, menyisakan kenang-kenangan mengenai potret perkembangan konsep bentuk Rumah Traditional Jawa, di sebelah barat kota Surakarta, khususnya wilayah kelurahan Jajar Solo.

Kerinduan untuk menikmati arsitektur rumah traditional Jawa di Solo nampaknya saat ini sudah sulit untuk di temui. Bila hampir seluruh bangunan publik dirancang dengan menampilkan facade traditional, tidak demikian halnya dengan konsep rumah tinggalnya.

Berbicara mengenai Konsep Bentuk (Form) dalam arsitektur, dikenal dengan ketentuan – ketentuan yang disusun berdasarkan pertimbangan dari berbagai faktor, antara lain faktor iklim, geografi, sosial, budaya maupun kepercayaan yang menghasilkan bentuk yang spesifik dan khusus.

Bentuk Dasar arsitektur rumah tradisional Jawa memiliki konsep, organisasi ruangnya memusat, menggunakan bentuk atap Joglo, Limasan, Doro Gepak, dan Pelana (Kampung). Sedangkan sesuai dengan kondisi iklim di Jawa Tengah khususnya Solo, tritisan yang dimiliki atap umumnya cukup panjang guna mengantisipasi hujan dan panas yang mudah berubah setiap tahun, serta banyak memiliki bukaan yang lebar untuk ventilasi baik dari jendela maupun dinding. Rumah traditional umumnya dibangun dengan menggunakan konstruksi kayu. Jenis kayu yang digunakan bervariasi dari kayu keras sampai dengan bambu. Rumah selalu terbuka tanpa pagar pembatas. Sehingga pekarangan rumah seseorang selalu juga menjadi pekarangan yang lainnya. Semua penghuni bisa berkumpul didepan rumah dan merasakan keakraban dengan para tetangga.

Perjalanan saya awali dari wilayah sekitar tempat kediaman mertua di Jalan Manggis III kel Jajar Solo. Penataan lingkungan yang menyangkut sarana jalan dan drainage tertata cukup baik, dengan lebar jalan yang ideal. Mengarah ke bentuk bangunan, sepanjang jalan Manggis III pemandangan bentuk rumah bervariasi yang di ilhami dengan bentuk-bentuk yang berkembang saat ini. (lihat panorama gambar 1)

Kerapian dan keasrian lingkungan, udara alam yang masih bersih dan segar, tidak diimbangi dengan sikap rumah yang membuka diri serta ramah dengan lingkungan. Melainkan disambut dengan karakter rumah tinggal yang angkuh dan kaku, dimulai dengan unsur penerima (entrance) yang tertutup oleh pagar tinggi dan keras. Wajah facade rumah yang sangat berbeda satu dengan yang lain karakter dan bentuknya, sangat menunjukan ego pemiliknya yang tidak ingin sama dengan lingkungan. Rumah seperti ingin menunjukan sayalah yang terindah dan terbaru.

Menuju ke Jalan Jambu Jajar Solo. Pemandangan yang di jumpai tidak jauh berbeda. Keheningan mewarnai lingkungan yang nyaman, asri dan udara yang bersih bebas polusi. Keheningan lebih menunjukkan kesepian lingkungan terhadap keguyuban warga yang sepertinya tidak pernah terjadi.
Lingkungan disini lebih heterogen. Selain rumah tinggal terdapat di wilayah ini sebuah pabrik tekstil dan beberapa rumah kantor. (lihat gambar panorama 2)

Penasaran dengan karakter rumah yang kaku dan arogan ini, saya sempat bertanya kepada warga setempat menyangkut keperdulian dengan tetangga. Cukup mengejutkan bahwa mereka pernah tidak tau kalau tetangga depan rumahnya masuk rumah sakit dan sempat di rawat beberapa hari. Lebih parahnya lagi, ada pula tetangga yang meninggal dunia, mereka baru tau setelah pemilik rumah membuka pagarnya lebar – lebar dan mengeluarkan kursi-kursi untuk layatan.

Dimana perginya keramahan warga Solo saat ini? Di sini di pintu gerbang kota Solo menuju Kartosuro, keramahan itu telah mengikis. Lantas bagaimana jadinya yang ada ditengah kota?

Harsrat Estetis Penciptaan Gedung DPR/MPR

by Putri Suryandari on Monday, February 2, 2009 at 11:47am

by Putri Suryandari

Suatu hari di Selatan Jakarta yang mendung, saya merebahkan diri di sofa ruang keluarga rumah tercinta, menghadap secangkir teh hangat, sambil menyalakan televisi dan menyaksikan liputan berita sore. Tampak di layar monitor, gedung DPR/MPR RI muncul di liputan pertama dengan bentuk yang khas melengkung pada atap serta diikat oleh dua buah sabuk besar ditengahnya. Isi liputannya berkisar pada prilaku beberapa anggota legislatif yang banyak menimbulkan rasa jengah bagi para pemirsa yang menyaksikannya. Masih belum lenyap pula dari ingatan beberapa kali kerap terjadi, kemarahan massa terhadap anggota legislatif dan eksekutif yang tidak menyuarakan aspirasi rakyat, juga mempertontonkan gedung DPR/MPR yang megah tersebut sebagai backgroundnya.

Sebagai seorang arsitek, saya mulai tergelitik dan mencoba memikirkan mengenai pengaruh jiwa atau roh dari bangunan terhadap efek ruang yang timbul bagi pemakainya. Arsitektur adalah ilmu pengetahuan mengenai teknologi dan seni rancang bangun yang menciptakan ruang bagi kehidupan manusia, baik secara fisik, emosional dan intelektual. Sehingga, ”Bagian terpenting dalam Arsitektur adalah Ruang”. (Brickmann 1915)

Ruang dalam teori Estetika Arsitektur Herman Sorgel (Architecture–Aesthetic 1918) terdapat 3 macam; pertama Ruang Aktual (Deseinsraum), mewakili ruang objektif, fisik, kedua Ruang Perseptual (Erscheinungsraum), yang mewakili impresi fisiologi ruang pada retina, ketiga adalah Ruang Efektual (Wirkungsraum) yaitu yang mewakili ide ruang estetik dari arsitek yang mendasarinya. Ruang seperti yang dibayangkan dan dipikirkan oleh perancang/arsitek. Mereka menganggap sebagai ruang sesungguhnya, dan biasanya dipakai oleh mereka dan oleh yang lainnya untuk mencapai dan mempertahankan dominasi, mental space (ruang mental) dari para elite untuk menghasilkan ruang - ruang dari fungsi suatu bangunan.

Para leader, pencarian saya mengenai dasar perencanaan Gedung DPR /MPR RI saya temukan tercetak di harian Sriwijaya Pos online tertanggal 2 Agustus 2002. Ternyata gedung DPR/MPR yang dirancang oleh Bung Karno, secara fisik diilhami oleh bentuk bangunan Stadtshause di Berlin, dan direkayasa memiliki ketahanan sampai dengan 20-25 tahun. Sedangkan secara non fisik, melalui Hasrat Estetis Bung Karno yang selalu di latar belakangi oleh kekagumannya secara indrawi maupun intelektual kepada para wanita, kubah gedung yang spektakuler itu diartikan sebagai lambang wanita atau Yoni, lambang alat vital wanita dalam kehidupan manusia. Bung Karno memberikan nama Yoni di gedung MPR/DPR karena bila kita simak falsafah Jawa kuno, Yoni merupakan suatu kekuatan supranatural, suatu kekuatan magis dan wibawa. Ruang Efektual yang diinginkan dari hasil penciptaan gedung itu adalah, MPR dan DPR yang punya kekuatan mengangkat dan memberhentikan seorang presiden, dapat
di kagumi keberadaannya, tunduk, dan menjalankan amanah rakyat dalam menjalankan roda pemerintahan, Republik Indonesia. Dua kekuatan yang saling bertentangan tapi muncul untuk saling menguatkan. Konotasi Yoni pada wanita bisa berarti keagungan sekaligus kehancuran. Agung bila di tempatkan dan di arahkan pada posisi yang tepat dan benar. Hancur bila tidak terdapat keseimbangan rohani maupun jasmani.

Dari imajinasi Ruang Efektual yang di inginkan oleh perencana, wujud fisik di terapkan dalam Ruang Aktual. Selain bentuk penempatan atau posisi gedung termasuk juga dalam perencanaan Ruang Aktualnya. Posisi tentu saja dapat mempangaruhi kinerja dari pemakainya. Posisi Gedung DPR/MPR RI bila dilihat dari 8 penjuru medan Elektro magnetik di Jakarta, terdapat di Barat Laut. Posisi ini memiliki sifat yang mewakili fase terakhir dari siklus kehidupan – usia tua. Pada waktu itu rangkaian pengalaman menghasilkan sifat bijaksana, kemungkinan menolong orang lain sudah cukup diandalkan kerena telah melalui tahap-tahap sebelumnya. Energi Barat Laut melambangkan kepemimpinan, organisasi dan perencanaan kedepan. Lambang langit menambah martabat, bijaksana dan citra superioritas. Arah ini juga melambangkan Ayah, seseorang yang penting dalam keluarga, memperkuat impresi tentang harga diri, rasa bangga dan bijaksana.

Saya sementara terhenyak dengan pilihan lokasi gedung ini yang ternyata sangat baik dan ditempatkan sesuai dengan Ruang Efektual yang ingin di ciptakan oleh si perencana. Lantas apa yang salah dengan situasi yang terjadi belakangan ini didalam gedung tersebut?

Kemudian perhatian saya mulai beralih pada Hasrat Estetis yang dimiliki oleh Bung Karno, kecintaan dan kekagumannya pasa sosok wanita secara indrawi maupun intelektual. Lambang Yoni pada gedung bila di kaitkan dengan lambang Ayah pada posisi bangunan, secara logis dan kodrati maka akan tercipta keseimbangan. Saling mengisi dan tercipta keharmonisan. Namun bila Lambang Yoni di pertemukan dengan Lambang wanita, maka yang terjadi justru kerusakan, karena bukan makna kodrati bila perempuan bersanding dengan perempuan. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah telah terjadi pelambangan wanita yang berlebihan pada Gedung DPR/MPR RI sekarang ini? Pelambangan wanita disini adalah telah terdapat tambahan karakter yang merujuk pada kesenangan duniawi, keindahan, dan seksualitas.

Sahabat leader, seorang pemimpin bijaksana adalah pencipta dan pengubah sejarah, demikian kutipan saya dari salah seorang pakar komunikasi politik di negara tetangga kita Malaysia. Sepertinya bila di perhatikan dalam satu dekade ini, kebijakan pemimpin bangsa kita dalam pembangunan di Jakarta, memang lebih mengarah kepada perbanyakan memfasilitasi pembangunan Mall, pusat perbelanjaan, kafe dan segala unsur suka lainnya. Di delapan penjuru medan Elektromagnetik kita bisa melihat dengan mudah seluruh fasilitas tersebut. Mungkin inilah jawaban dari pertanyaan terakhir saya. Pelambangan wanita di seluruh wilayah Jakarta telah mempengaruhi dengan kuat keberadaan Gedung DPR/MPR RI saat ini. Sehingga Ruang Efektual dan Hasrat Estetis penciptanya sudah tidak mampu mempengaruhi karakter pemakai didalamnya. Sejarah telah berubah, seiring dengan kebijaksanaan pimpinan yang ada saat ini. Sepertinya ketahanan bangunan yang di prediksikan 20 – 25 tahun memang menjadi kenyataan. Kekuatan spiritualnya telah berlalu dalam kurun waktu tersebut.

Akhirnya saya menutup notebook saya, sambil memandangi langit di ufuk Barat yang mulai semakin memerah, mengiringi kegelapan di arah Timur yang semakin pekat. Saya memikirkan diskusi kita di bulan lalu mengenai pengaruh ruang kerja terhadap kinerja leader, semakin dapat dibuktikan disini bahwa manusia memang tergantung pada alam, memiliki sebab akibat dengan lingkungan tempat tinggalnya atau dengan tempat dia menjalankan aktivitas hidupnya. Oleh karena itu, kembali saya mengingatkan, apakah posisi tempat kerja anda telah sesuai dengan visi dan misi anda sebagai leader dalam menjalankan roda kepemimpinan untuk mencapai tujuan yang anda dan team work anda inginkan?

Tantangan Ruang Tidur Ideal Bagi Leader

by Putri Suryandari on Tuesday, May 12, 2009 at 2:58pm

By : Putri Suryandari

" Aku setiap hari tidur dikantor. Maklum pekerjaan aku membuat aku harus duduk hampir dua puluh jam di depan komputer. Jadi, setiap malam aku tidur di sini. Tapi tetap saja kacau.”

Seorang teman dengan jabatan General Manager Marketing, berkeluh kesah dengan kekacauan yang di hadapi belakangan ini, terutama pada kinerjanya di kantor.

”Di kantor, tidur dimana?” aku berkeliling menatap ruang kerjanya. Di situ terdapat dua meja kerja. Satu meja bertengger dua komputer, berisi grafik-grafik yang setiap detik bergerak, pekerjaannya bergerak di bidang pasar uang. Sedangkan meja lain digunakan sebagai meja tulis. Aku duduk di hadapannya, dibelakangku terdapat locker build in, bersebelahan langsung dengan sebuah jendela besar. Tak kudapati tempat yang nyaman untuk tidur.
”Bisa di lounge, di kursi, dimana aja!”
”Sudah lama kamu sering tidur dikantor?”
”Sejak bekerja disini, dua tahun yang lalu. Tapi Sabtu dan Minggu aku tidur dirumah, karena kantor tutup!”

Tidur di kantor. Kata ini sangat menggelitikku. Dari Senin sampai Jumat, demi sebuah pekerjaan. Sepertinya tidak masuk akal. Tapi ini terjadi.

Tidur yang baik di malam hari sangat penting untuk kesehatan. Kita menghabiskan waktu sekitar enam sampai sembilan jam selama 24 jam untuk tidur. Karena itu diperlukan tempat yang mampu membuat Anda tenang di penghujung hari yang sibuk dan bisa membuat anda tidur nyenyak. Kamar tidur juga harus merupakan tempat anda untuk bangun dengan segar, penuh vitalitas dan antusiasme dalam menyambut hari baru.

”Ruang Tidur yang comfortable, sound proof, light dimmer, menghadap ke jendela, bisa untuk relaksasi dan meditasi, itu yang ideal buat aku!” Kalimat yang sangat tepat, diucapkan oleh salah seorang teman leader, untuk menunjukan bagaimana seharusnya kamar tidur di ciptakan, bagi mereka yang sibuk. Kebanyakan orang berpikir bahwa tempat tidur hanyalah tempat untuk tidur dan melakukan hubungan intim. Padahal tempat tidur yang baik juga akan membangkitkan kembali energi anda, aspek yang berpengaruh pada kehidupan anda sehari-hari, dan akan sangat membentuk tujuan hidup anda. Kadang kala lokasi dan arah tempat tidur membuat kehidupan seseorang secara umum – tidak hanya tidur dan seks – menjadi sulit.Posisi yang terbaik untuk kamar tidur orang dewasa adalah barat laut, utara dan barat (dilihat dari tengah rumah anda). Energi elektromagnetik disini lebih matang dan bisa mengarahkan tanggung jawab yang lebih besar, rasa hormat pada orang lain, dan kemampuan lebih baik untuk mengatur hidup. Utara memiliki energi chi yang lebih damai dan tenang. Posisi ini terutama berguna bagi mereka yang sulit tidur. Orang muda jangan tidur dengan kepala menghadap Utara, karena akan membuat mereka terlalu tenang.

Namun unsur-unsur tata letak ruang tadi, tidak terlepas dari karakter personal yang anda miliki. Sebagai contoh, seorang teman leader dengan kepribadian yang cenderung Yin (tenang, lembut dan peka), dalam bekerja justru memiliki karakter yang cenderung Yang (bersemangat, percaya diri dan ambisius). Setelah memperhatikan posisi Ruang Tidurnya, ternyata berada di sebelah Timur rumah dan menghadap ke Timur. Energi elektromagnetik di wilayah ini, berkaitan dengan kemampuan menstimulasi ambisi, mewujudkan ide-ide jadi kenyataan dan merealisasi impian anda. Ada lambang Petir yang memanifestasikan kekuasaan besar, agresi dan desakan untuk keluar sehingga mampu mewujudkan impian. Pilihan yang purfect dalam menata Ruang tidur yang ideal untuk karir dan peningkatan karakter pribadinya.

Karena energi elektromagnetik dari Barat baik untuk bercinta dan kepuasan, lokasi ini ideal untuk kamar tidur utama. Posisi ini menunjang suasana rileks, tidur nyenyak, dan privasi yang tenang untuk memperkuat hubungan intim. Kalau kehidupan seks anda menjadi datar, pindahkan tempat tidur anda ke utara atau barat agar kegiatan seksual menjadi lebih memuaskan.

Selatan dan Timur Laut adalah lokasi yang tidak menguntungkan untuk Ruang Tidur. Sepasang suami istri, pernah mengeluhkan mengenai pekerjaannya. Istri selalu saja pindah kerja, karena tidak pernah nyaman dalam setiap tempat pekerjaan yang dia masuki. Sang suami memiliki perusahaan yang bagus dibidang jasa konstruksi, namun pernah beberapa kali tertipu oleh kliennya.

Posisi kamar mereka berada di Timur Laut menghadap Selatan. Istri berkarakter Yang (mudah senewen, senang bersaing, ambisius, dan bersemangat), sedangkan suami berkarakter Yang tapi cenderung Yin (Bersemangat, percaya diri, peka, dan lembut). Tatanan Kamar Tidur di Selatan rumah mereka, mengakibatkan efek yang terlalu panas dan berapi-api, terutama untuk sang Istri. Ruangan ini harus di dinginkan dengan warna-warna pucat dan warna tanah. Tekstur kesat dan empuk. Dekorasi dari Tanah liat, akan bisa membantu. Sedangkan posisi di Timur laut menimbulkan efek yang sering terlalu tidak terduga dan tajam, tidak baik untuk mereka berdua. Penggunaan warna-warna senada dengan warna di Selatan, bisa membantu mendinginkan, tidak disarankan warna merah dan kuning cerah. Perlu juga di tambahkan elemen atau energi logam, berbentuk melengkung, untuk meluweskan efek tajam yang sering tak terduga. Karena saat ini mereka sedang melakukan renovasi bagi rumah tinggal mereka, pilihan pemindahan posisi kamar bisa menjadi pertimbangan terbaik, terutama digeser peletakannya ke Utara atau Barat.

Meningkatkan romantisme di kamar tidur, juga merupakan satu upaya relaksasi. Kayu adalah bahan yang paling baik untuk tempat tidur. Penggunaan warna romantis seperti merah dan ungu yang cermat akan efektif. Seperti contohnya, coba tambahkan jambangan berisi bunga merah, atau hiasan dinding, dengan sentuhan ungu. Efek yang lebih dramatis, taruh sesuatu berwarna ungu diselatan ruangan dan yang berwarna merah di Barat. Lilin juga dapat meningkatkan energi api yang berkaitan dengan gairah. Jangan lupa mematikannya ketika Anda hendak tidur. Tempat tidur logam, seperti kuningan dan besi tempa, akan meningkatkan energi elektromagnetik, yang pada umumnya tidak mendukung tidur yang nyenyak.

Kepala mengarah ke Utara adalah posisi yang kurang menguntungkan bagi kaum muda, arah yang tenang ini bisa membantu mengatasi insomnia, tetepi juga bisa membuat hidup anda terlalu tenang. Beberapa ahli Fengshui mengaitkan dengan posisi kematian, karena posisi ini cocok untuk orang yang sudah tua.

Kalau mungkin, jangan menggunakan kamar tidur untuk kegiatan yang membutuhkan atmosfer berbeda, seperti kerja. Pada akhirnya, tidur dan kegiatan berbeda itu tidak akan berhasil.

”Ruang Tidur ideal, bukan di tempat di tempat kerja mas. Tidak saja kehidupan pribadimu yang akan kacau, seluruh tujuan hidupmu jadi tidak terbentuk. Semua cuman fokus di tempat kerja, kerja dan kerja.”

”Iyah, masalahnya adalah seluruh keluargaku tinggal di luar kota. Aku pulang ke rumah tidak ada orang, sehingga mending aku tidur di kantor, banyak temennya.”

Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya. Sebagai sahabat, aku sudah menjabarkan segala contoh dan kemungkinan, tinggal teman-teman leader sendiri yang bisa memutuskan, ruang tidur seperti apa yang terbaik bagi relaksasi setelah sibuk seharian mengejar prestasi dan karir dan untuk kehidupan yang lebih baik.

Penulis adalah Dosen Prodi Arsitektur Universitas Budi Luhur, Jakarta.

AKTUALISASI DIRI LEADER DI RUANG TAMU

Putri Suryandari,ST, M.Ars
Dosen Prodi Arsitektur Univ. Budi Luhur
e-mail : putri_syd@yahoo.com

Mengapa banyak leader memajang buku-buku di Ruang Tamu, sehingga ruang publik tersebut jadi seperti perpustakaan? Untuk pamer kah? Atau menambah kredibelitas? Soalnya jajaran buku-buku itu tampak bersih seperti jarang dibaca...hehehee.

Pertanyaan tadi muncul dari seorang teman leader di sebuah kelompok diskusi yang membahas mengenai Leader dan Ruang kehidupannya. Yasir seorang dosen seni rupa, agak terperangah dengan pertanyaan tersebut, sangat tidak masuk di akal bila jaman sekarang masih ada buku-buku diruang tamu. Bagi dia lebih tepat bila buku-buku itu di letakkan di ruang keluarga, untuk tamu bagi keluarga sendiri, sehingga sedikit lebih pantas bila harus membuka lemari buku yang bersifat pribadi. Secara psikologis, bagi Justinus, prilaku tersebut bisa terjadi karena sang leader tidak suka menerima tamu, atau tidak senang bergaul, sehingga di ruang tamu di gunakan sekaligus sebagai tempat kerjanya. Berprofesi sebagai seorang pialang pasar uang, Jus termasuk orang yang sangat suka membaca, baginya tempat yang paling tepat untuk konsentrasi membaca.buku adalah di ruang keluarga, di situlah dia menaruh buku-bukunya yang berjumlah hampir 1000 buku, dengan rapi. Sedangkan dengan ekstrem, bagi Diba Aris ahli Hipnoteraphy, Leader yang menaruh perpustakaan diruang tamu menunjukan Leader yang belum berpengalaman,
”Bisa jadi orang itu Leader dadakan alias baru jadi leader. Jadi perlu pamer apa aja yang masuk diotaknya. padahal belum tentu dibaca.”

Para leader, Ruang Tamu dan Perpustakaan dalam penataan interior memiliki sifat ruang yang berbeda. Ruang Tamu bersifat publik, sedangkan perpustakaan lebih bersifat semi private. Ruang Tamu memiliki tingkatan yang tidak privasi, sementara Perpustakaan memerlukan privasi cukup tinggi. Di Ruang Tamu setiap orang yang bukan penghuni rumah dapat berada di dalam ruangan itu Termasuk zona ramai, karena siapapun selain anggota keluarga diizinkan berlalu lalang serta berada disana.. Sementara perpustakaan memasuki zona tenang, karena hanya orang-orang tertentu di luar penghuni rumah yang dapat memasuki wilayah tersebut. Konsep pemisahan zona ruang ini sudah dijadikan pegangan oleh sekelompok leader dalam mengkonsentrasikan ruang kehidupan, berkaitan dengan tingkat privasi yang ingin mereka jaga. Seperti yang di gunakan oleh keluarga Yasir, Jus dan Diba dalam menata ruang tinggalnya.

Ano Sajid seorang pengusaha muda berpendapat bahwa, keluarga mereka bukannya sok pamer, tetapi memang isi rumahnya penuh dengan buku dan itu semua yang menyangkut pekerjaan & hobi di keluarga yang sudah terseleksi.
“Saya dan istri sudah memakai konsep, bahwa buku-buku kalo sudah di baca di kasih orang..., tapi ternyata kita memiliki banyak buku-buku literatur, jadi gak mungkin di buang lah. Emang kami keseringan beli buku, jadi ruang kerja, ruang tamu, ruang belajar sudah penuh buku,……hahahahha.”

Bila melihat pada konsep keseimbangan Yin dan Yang, Ruang Tamu dan Perpustakaan sama-sama memiliki tipe Yang. Tipe Yang menggambarkan suasana atau situasi yang dinamis, aktif, siaga, lebih bisa berkonsentrasi serta lebih dapat memperhatikan detail. Secara hirarki Ruang Tamu bertipe terlalu Yang, artinya di ruang itu bisa tercipta suasana yang sangat dinamis dan lebih aktif. Perpusatakaan bertipe cenderung Yang, dimana diruang tersebut bisa tercipta suasana aktif, dinamis, dapat konsentrasi dan memperhaikan lebih detail Gradasi sifat ruang ini, nampaknya di gunakan sebagai dasar oleh sekelompok Leader tertentu dalam menata Ruang Tamu dan Perpustakaannya menjadi satu kesatuan.

Doddy Ahmad Fauzi, Humas majalah seni dan penulis, punya pendapat yang sesuai dengan prinsip keseimbangan Yin dan Yang. Bahwa menjadikan satu Perpustakaan dan Ruang Tamu adalah tindakan yang tepat. Baginya memajang buku di ruang tamu itu mulia, setidaknya memprovokasi yang lain untuk juga membeli buku, para penulis siapapun akan senang kalau berkenalan dengan orang-orang yang suka beli buku, dengan harapan suatu hari ia akan beli bukunya. Tetapi yang pasti dia tidak setuju bila harus memajang majalah Playboy di ruang tamu.

Bagas Dwi Bawono, Arsitek, setuju dengan konsep penggabungan Perpustakaan dan Ruang Tamu. Baginya sangat realistis bila di kantor, buku-buku di letakkan di ruang tamu, karena buku-buku itu bisa menemani tamu-tamu yang datang tapi belum segera bisa ditemui, walhasil para tamu bisa baca-baca sambil menunggu. Di ruangan kerja sendiri dia memasang satu set meja meeting kecil dengan empat kursi, disampingnya ada rak besar penuh buku, kadang buku-buku itu meluber hingga meja bundar itu. Tapi bukan untuk pamer atau gagah-gagahan, biasanya karena buku-buku tersebut belum sempat disampul dan dibaca.

Sering buku bagus selalu dibelinya sebelum kehabisan, jadi kadang belum sempat terbaca. Buku-buku yg belum terbaca ini sangat berguna ketika pergi ke luar kota, akan dilalap habis selama menunggu d bandara., di pesawat, atau di hotel.
”Jadi menurut saya, ga ada salahnya menaruh buku di ruang tamu, seperti juga ga ada salahnya membeli buku yang ga langsung dibaca..”
Tapi dia juga memiliki tempat-tempat lain yang tidak biasa digunakan untuk meletakkkan buku-bukunya, seperti kamar mandi (wc).
“Saya mempunyai kebiasaan membaca sambil duduk di kloset (maaf...), krn menurut saya waktu 10-15 menit sayang kalau terbuang sambil melamun, jadi bisa dimanfaatkan menambah pengetahuan, mulai baca koran hingga ensiklopedi anak2 saya lalap...yang penting baca...jadi memang selalu tersedia buku di beberapa tempat yang tidak biasa.

Dalam perjalanannya Arsitektur tidak hanya memberikan dasar bagi ilmu membangun yang estetis, namun dapat menjadi simbol status atau aktualisasi bagi manusia yang di wadahi kegiatannya. Mengutip pendapat Setiyoko, Arsitek, pada akhir diskusi,
”Seperti profesi saya ini, sebagai arsitek, biasanya buku dibawa kemana-mana, dari kantor dibawa kerumah buat cari ide, sampe rumah baca di ruang tamu, nggak sempet bawa lagi ke kantor akhirnya berantakan di ruang tamu, itu nggak pamer khan? Tapi setidaknya di ruang tamu memang ada sesuatu yang harus dipajang atau dipamerkan karena itu bagian dari Aktualisasi Diri Manusia.”

Diskusi diatas dapat di simpulkan bahwa simbol status dan keberadaan seseorang dapat tercermin dari pola tata ruang baik interior maupun eksterior, di ruang tinggalnya. Bagaimana setiap manusia meninggalkan bekas ke ber”ada”annya, dapat membuat orang lain mengetahui siapa dan bagaimana dia dalam lingkungan sosial, keluarga ataupun pekerjaannya. Ruang kehidupan para Leader pada prinsipnya di wadahi dalam wadaq Arsitektur.

Para Leader, jangan pernah ragu untuk meletakkan jendela informasi dunia di ruang tamu kita. Karena buku adalah sumber informasi yang sangat handal dan dapat di percaya. Perpustakaan atau kumpulan buku di ruang tamu dapat mengaktualisasikan psikologi, profesi, hobby, wawasan maupun konsep hidup kita. Aktualisasi ini secara terbuka dapat ditunjukkan di lingkungan yang private seperti rumah tinggal atau kantor, sehingga siapapun tamu kita akan segera tahu, apa dan bagaimana kita. Keseimbangan Yin dan Yang sinergi di kedua ruang ini, tidak akan mengganggu tingkat privasi masing-masing kegiatan, bahkan dapat saling mendukung dan menguatkan. (Putri)

Arsitektur Ruang Bercinta

 by Putri Suryandari on Monday, May 17, 2010 at 4:09pm

by : Putri Suryandari, ST,MArs

“Ruang yang romantis, warna ruang dengan nuansa lembut, lampu remang-remang, di sertai wewangian dengan aromatherapy dan musik yang mengalun lembut, di tambah kaca di seluruh ruangan……”, sejenak dia terdiam, matanya menerawang membayangkan ruang bercinta imajinasinya ,
”Tempat tidur yang cukup luas dan tidak menimbulkan suara gaduh, sebuah bathtup dalam kamar tanpa perlu penyekat, juga jangan lupa pasangan bercinta yang menggairahkan.”
Begitulah diskripsi seorang sahabat leader ketika aku menyodorkan pertanyaan tentang arsitektur ruang bercinta padanya. Aku hanya tersenyum lebar, karena memang tak ada yang salah dengan imajinasi itu.
”Tapi mas, kali ini bukan ruang semacam itu yang ingin aku sajikan bagi teman leader, dalam rangka menambah gairah kerja dan meningkatkan kreativitas dan imajinasi mereka yang produktive.” kataku menjelaskan pada sahabatku tadi, sambil kulihat senyum memerah di pipinya.

Ruang menurut Edward T Hall, terdiri dari segala sesuatu yang tidak bergerak (fixed feature space), segala sesuatu yang bisa bergerak (semi fixed feature space) dan wilayah pribadi (informal space). Bercinta adalah suatu aktivitas kreative dan private yang di miliki oleh seluruh manusia, dimana akan menghasilkan satu produk baru dari hasil percintaan tersebut. Ketika imajinasinya mampu di kembangkan dan mencapai titik orgasme yang maksimal, maka produk-produk baru akan meluncur dengan sempurna dari tangannya. Seorang leader harus mencintai pekerjaannya, mencintai berarti menyatukan hati, pikiran dan tubuh dengan produk yang di cintainya. Issue tersebut menghasilkan pemikiran, bahwa untuk menstimulasi imajinasi agar dapat mencapai multi orgasme dalam pekerjaan, sehingga lahir produk - produk yang sukses di lapangan ataupun di pekerjaannya maka di butuhkan arsitektur ruang bercinta yang tepat. Sehingga dapat di diskripkan disini bahwa Arsitektur Ruang Bercinta bagi leadaer adalah, Ruang yang dapat menghasilkan dan merangsang pemikiran, untuk menstimulasi imajinasi agar dapat berkonsentrasi serta mencapai multi orgasme dalam pekerjaan, sehingga lahir produk - produk yang luar biasa.

Selanjutnya mari kita kupas bersama, tiga elemen ruang pada Arsitektur Ruang Bercinta bagi para leader yang terdiri dari fixed feature space, semi fixed feature space dan informal space, berdasarkan penuturan dari beberapa teman leader.

Fixed Feature space
Adalah ruang fisik tiga dimensi tidak bergerak yang memiliki bentuk, luasan dapat di lihat, diraba dan di rasa, seperti dinding, langit-langit dan lantai.

Ibu Yuliati Suharso (50th), Konsultan Arsitektur, baginya tempat mengeksplorasi gagasan dan imajinasi harus memenuhi beberapa persyaratan yang mampu membuatnya bergairah, antara lain; penghawaan dan pencahayaan memadai baik artifisial maupun alami, sehingga dia bisa bekerja siang ataupun malam. Ruang tidak berdebu, dimensi ruang tidak terlalu besar untuk membantu focus pada kreasinya, maximum 10 kali modul gerak manusia, dan tidak ada kaca.

Feriadi Cholik, Pemprov Sumsel, menuturkan bahwa untuk merangsang imajinasinya di ruangan, diperlukan ruang yang cukup dekoratif dan warna-warna harmonis dinamis. Penggunaan material terdiri dari beberapa jenis, sehingga tidak menimbulkan kebosanan. Aliran udara yang maksimal sehingga terdapat kesejukan untuk memperoleh kenikmatan fisik yang pada akhirnya berhubungan pula dengan kreatifitaas berfikir.

Saat saya menanyakan arsitektur ruang bercinta pada Ibu Nana (45th), Free Lance Architect, dia memiliki diskripsi yang unik dalam merangsang gairahnya untuk berimajinasi produktif,
“ Biasanya kalo saya mentok, blank saat kerja, saya break dan masuk restroom. Kadang hanya duduk di closet dan sering ide-ide segar bermunculan. Fungsi arsitektur buat saya diruang ini ya sekedar membuat saya lebih comfort, suasana yang menyamankan mata dan rasa. Akan lebih nyaman dan imajinatif lagi bila ruangannya bernuansa material alami, rapi dan minimalis.”
”Jadi kalo mbak Nana di cari di mana-mana gak ada, pasti lagi di restroom ya mbak? Ha..ha..ha,” saya tertawa geli mendengar penuturannya yang unik tapi menarik.

Sepertinya tidak banyak teman leadaer yang dapat terangsang imajinasinya di restroom, tapi saya menemukan beberapa leader yang memang muncul inspirasinya pada saat kegiatan sangat private ini berlangsung.


Semi Fix Feature space

Adalah segala sesuatu yang dapat bergerak atau di pindahkan di dalam ruangan yang mampu menstimulus imajinasi maupun gairah dalam bercinta.

Untuk benda-benda penunjang yang tidak bergerak, yang mampu menambah imajinasinya, ibu Yuliati mensyaratkan ruangan tersebut tidak terlalu banyak barang, kecuali benda-benda yang berhubungan dengan gagasannya, tertata rapi serta tidak berantakan.

Ibu Nana lebih menyukai gericik air, pena, notebook dan comfy sofa sangat membantu. Karena biasanya ide yang keluar seperti angin, juga hilang seperti angin, jadi harus dibuat catatan ide sekaligus di dalam ruang tersebut.

Yoko Setiyoko, Arsitek, butuh ruang yang tenang, tidak terganggu suara anak-anak & kendaraan, di iringi suara musik, sejuk (tidak terlalu panas apabila menggunakan penghawaan alami), tidak terlalu banyak unsur dekoratif, jadi ruangan terkesan steril, karena baginya suasana steril umumnya bisa membuat fokus dan terkonsentrasi.


Informal Space

Adalah ruang pribadi (personal space), berbentuk imaginer yang apabila di langgar wilayahnya akan menimbulkan rasa yang tidak nyaman, sehingga bisa jadi kreatirfitas dan produktifitasnya akan menurun. Ruang ini berbeda pada setiap orang. Stress adalah pemancing gairah tertinggi bagi Ibu Yuliati, karena semakin stress dia semakin produktif. Ketika stress dia butuh sendiri dan tidak mau diganggu.
”Tapi aku menyukai ruang-ruang yang hening untuk menemukan gagasan.”

Bamby Cahyadi dan Weni Suryandari, Penulis, ide-ide mereka dapat terangsang sehingga mengalir dengan deras, pada situasi yang sangat tertekan/depresi, kecemasan atas kematian, atau sedang sedih dan marah. Saat hati sedang tenang, justru tidak ada gairah, sehingga tidak banyak cerpen yang dihasilkannya.
”Aku suka warna malam, saat menjelang tengah malam biasanya ide meluncur begitu saja”, kata Bamby.
Begitu juga Weni, penuangan imajinasinya lebih sering terjadi di malam hari sampai dini hari, suasana sepi membuatnya sangat produktif.
Menurut Amral Imran (40th), Arsitek yang bekerja di sebuah konsultan arsitektur di
Honkong, rangsangan bisa muncul di mana saja, tidak masalah di tengah keramaian atau tidak. Semua ide awal cuma diolah dan disimpan dalam kepala, kemudian yang tersimpan tadi dituangkan ke dalam sketsa, lalu ke media digital. Saat penuangan ide inilah beliau membutuhkan ruang yang simple, putih, dan terang. Waktunya adalah saat sepi di malam hari, karena sebagai arsitek, dia tidak suka disainnya dipengaruhi oleh suasana arsitektur yang terlihat sekelilingnya.

Sedangkan Herman (43th), Event Organizer, menjelaskan, pekerjaannya tidak membutuhkan batasan ruang. Ide kreative antara dia, klien dan timnya di tambah aksesoris time schedule pada akhirnya menghasilkan multi orgasme konsep dan menghasilkan produksi event yang luar biasa.

Dari beberapa penjelasan teman leader diatas, secara fisik yang di butuhkan untuk Ruang bercinta adalah tempat yang tidak terlalu luas, agar dapat berkonsentrasi dan lebih fokus pada proses bercinta yang di lakukannya. Untuk Fixed feature space, ukuran ruang berkisar antara 18 inci – 4 kaki (Edward T. Hall). Pencahayaan dan Penghawaan yang cukup maksimal, warna cenderung pada warna-warna sejuk, mulai dari putih, hijau, dan cream, walau ada yang menyukai gelap untuk menambah konsentrasi dan fokus. Semi Fixed feature space yang di perlukan untuk menambah rangsangan adalah, unsur-unsur dekoratif atau benda-benda yang berhubungan dengan gagasan atau produk yang akan di hasilkan, namun tidak perlu terlalu banyak, agar ruang lebih steril. Musik yang mengalun lembut, gemericik air, juga bisa merangsang imajinasi para teman leader. Sedangkan Informal Space atau ruang personal untuk menstimulasi efek psikologis otak, agar dapat memancing imajinasi bercinta, tidak membutuhkan ukuran ruang tertentu. Justru kadang tempat yang menimbulkan perasaan tertekan, gelisah, marah bahkan depresi dapat merangsang gairah para teman leadaer untuk bereproduksi dengan kreatif dan menggairahkan. Malam hari selalu menjadi pilihan kebanyakan para teman leader untuk bercinta dan menghasilkan produk kreatifnya.

Baiklah para leader, demikianlah penuturan singkat mengenai Arsitektur Ruang Bercinta bagi leader, silahkan mencari ruang bercinta yang paling tepat bagi anda, bila ingin share mengenai pengalaman anda bisa e-mail ke putri_syd@yahoo.com.